Intisari-Online.com -Sebuah video yang menunjukkan seorang bayi diserahkan seorang ibu ke pada tentara Amerika Serikat (AS) di Afghanistanviral di media sosial.
Cara tentara AS mengangkat bayi tersebut melewati dinding pagar berduri membuatnya menjadi begitu dramatis.
Beberapa orang juga menganggap cara tentara tersebut menarik bayi terlalu kasar, seperti hanya mengangkut suatu barang.
Momen tersebut terekam tepat di antara kerumunan warga Afghanistan yang sedang berusaha untuk melarikan diri dari negaranya.
SepertiThe IndependentKamis (19/8/2021), beberapa ibu di Afghanistan memang terlihat menyerahkan bayi-bayi mereka kepada tentara yang berjaga di Bandara Kabul.
“Para ibu itu putus asa, mereka dipukuli Taliban. Mereka meneriakkan 'selamatkan bayi saya!' dan melemparkan bayi-bayi mereka pada kami. Mereka meminta kami para tentara untuk membawa bayi-bayi mereka,” ujar seorangtentara Inggris menggambarkan peristiwa itu.
Melihat banyaknya perhatian juga komentar terkait videoviraltersebut, Juru Bicara Pentagon John Kirby pun akhirnya harus memberi penjelasan.
Menurutnya, seperti dilansirkompas.com Sabtu (21/8/2021), bayi dalam video tersebut diangkat tentara AS karena sedang berada dalam kondisi sakit.
"Marinir yang Anda lihat mengambilnya melewati tembok membawanya ke rumah sakit Norwegia yang ada di bandara," jelas Kirby.
"Mereka merawat anak itu dan mengembalikannya ke ayah anak tersebut."
Hanya saja, Kirby tak mampu memberikan penjelasan mengenai siapa bayi ataupun keluarga dari bayi tersebut, apalagi kondisi mereka kini.
Sebuah kondisi yang pada akhirnya membuat beberapa pihak mempertanyakan kebenaran pernyataan Kirby.
Apalagi, AS sebenarnya memiliki rekam jejak yang sangat kontroversial terkait bayi-bayi dari negara yang mereka tinggalkan usai kalah dalam berperang.
Salah satu yang paling terkenal, tentu saja juga paling kontroversial, terjadi dalam sebuah peristiwa yang disebut denganOperasi Babylift (Operation Babylift)
Operasi ini terjadi di Vietnam, tepatnya Vietnam Selatan, kala Saigon mulai ditaklukan oleh tentara dari Vietnam Utara.
Dalam operasi tersebut, disebutkan sekitar 3.000 anak (termasuk bayi) dari keluarga Vietnam dibawa keluar dari negaranya.
Namun, anak-anak tersebut pergi tanpa orangtua mereka. Mereka pergi untuk kemudian diadopsi orangtua di negara lain.
Sejarawan Australia Ian W. Shaw menuliskan kisah Operasi Babylift berdasarkan kesaksianRosemary Taylor dan Margaret Mose, dua mantan biarawati dari Adelaide yang menghabiskan delapan tahun di Vietnam selama perang.
Menurut Shaw, kedua biarawati inilah yang mengurus anak-anak di panti asuhan di Vietnam selama perang.
Hanya saja, Taylor kemudian menceritakan kepada Shaw bahwa panti asuhan tersebut lebih menyerupai sebuah tempat 'pembibitan'.
Sebab, anak-anak tersebut kelak akan dibawa keluar dari Vietnam untuk kemudian diadopsi oleh keluarga di negara lain.
Yang paling menyedihkan dalam pengangkutan bayi-bayi tersebut adalah fakta bahwa tidak semua bayi tersebut adalah yatim piatu.
Beberapa dari bayi-bayi tersebut diduga memang dipisahkan dari keluarganya, termasuk secara paksa.
Beberapa bayi lainnya, seperti diduga terjadi dalam videoviral di Afghanistan, secara sengaja diserahkan oleh orangtuanya.
Momen 'pengangkutan' bayi-bayi di dalam pesawat sendiri tidak kalah kontroversialnya.
Beberapa tentara dan kru pesawat, seperti dilansirDaily Mail, menceritakan bagaimana mereka harus memastikan bayi-bayi tersebut tidak mati selama di pesawat.
"Kami harus terus-menerus melihat ke dalam kerajang bayi untuk memastikan bayi-bayi tersebut masih bernafas," tutur seorang pramugari maskapai Pan Am yang terlibat dalam operasi tersebut.
Lalu, apakah anak-anak yang diadopsi tersebut kemudian benar-benar menjadi lebih baik di tempat barunya.
Ternyata tidak semua. Beberapa mengalami trauma terpisah dengan orang tua mereka dan saat berada di dalam pesawat.
Beberapa lainnya diketahui mengalami masalah dengan identitas diri mereka. Mereka seolah gamang dengan siapa mereka sebenarnya.