Penulis
Intisari-online.com -Taliban kini sudah menguasai Kabul, tapi lambat laut perhatian dunia lari ke peran negara pendukung Taliban.
Ialah Pakistan, negara yang diam-diam membantu dan mendukung kelompok militan itu.
Pakistan pula yang berjasa besar dalam kekacauan terakhir kali ini.
Namun kini, Pakistan malah justru tidak dapat apa-apa.
Taliban sejauh ini telah mengambil langkah moderat dengan memperbolehkan warga AS melarikan diri dari Kabul di bawah "selimut amnesty".
Taliban juga berjanji menghormati "hak" wanita di bawah hukum Islam.
Namun Islamabad akan sama-sama disalahkan ketika langkah Taliban dinilai salah.
Jasa Intelijen Militer Pakistan telah secara luas dituduh para pengamat dan analis memainkan peran berbahaya dalam strategi blitzkrieg Taliban menguasai Kabul dan membuat Presiden Ashraf Ghani melarikan diri, dikutip dari Asia Times.
Sudah rahasia umum jika Taliban diperbolehkan menggunakan wilayah Pakistan untuk mengobati para pejuang mereka yang terluka, merekrut anggota baru dari seminar agama, menggalang dana untuk yang mereka sebut "perang suci" bahkan mendidik anak-anak mereka di sekolah elit di Pakistan.
Sebelum digulingkan, Ghani mengklaim dalam sebuah konferensi Juli lalu di Tashkent, Uzbekiztan, bahwa ada 10 ribu jihadis pergi dari Pakistan untuk bergabung pasukan Taliban melawan militer Afghanistan.
Klaim tersebut ditolak mentah-mentah oleh Pakistan saat itu.
Namun tidak pernah ada penampikan resmi di tengah laporan media yang luas bahwa pemimpin Taliban diperbolehkan bergerak bebas di Pakistan sementara mereka menggerus pemerintahan Ghani yang didukung AS.
Pakistan secara mendasar melawan paham Ghani yaitu etnonasionalisme.
Banyak warga Islamabad menganggap paham itu sebagai potensi ancaman kepada minoritas mereka di wilayah Pashtun.
Ghani dulunya adalah kepala adat Pashtun sebelum menjadi pemimpin nasional.
Akhir Juni lalu, Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed secara terbuka mendeklarasi jika anggota keluarga beberapa militan Taliban hidup aman di kota Pakistan, termasuk di distrik paling kiri Islamabad.
Islamabad juga tidak membantah laporan media lokal yang melaporkan pejabat Pakistan mengkonfirmasi jasad militan Taliban yang terbunuh di Afghanistan boleh dikirim ke Pakistan, dan yang cedera menerima pengobatan di RS unggulan Pakistan.
Dengan dukungan Pakistan untuk Taliban kini terbuka, Islamabad mendapat tekanan diplomatik untuk mengendalikan kelompok Taliban.
Pakistan juga ditekan agar menggunakan pengaruhnya guna membujuk Taliban mencari penyelesaian politik daripada membalas pendukung Ghani lewat pembantaian berdarah.
Tekanan ini sudah datang dari mana saja, Dewan Keamanan PBB yang minggu lalu meminta sesi khusus membahas situasi di Afghanistan, tercatat menolak permintaan Pakistan untuk menjadi bagian dari pembebas Afghanistan.
Pakistan dan India menjadi musuh satu sama lain untuk kepresidenan DK PBB Agustus ini.
Pakistan telah memperingatkan organisasi tersebut tidak memperbolehkan India untuk "tunjukkan gambaran yang diubah" dalam situasi Afghanistan.
DK PBB akan bertemu beberapa hari ke depan untuk membahas posisi PBB dalam perang Taliban.
Saat yang sama, pembuat hukum AS menyarankan Presiden Joe Biden untuk memberi sanksi kepada Pakistan kecuali mereka mengubah haluan terhadap aksi mereka di Afghanistan.
Beberapa anggota kongres AS telah menyatakan keyakinan mereka jika pakar strategi ISI mengarahkan perintah kepada Taliban, yang membantu mengarahkan Taliban bisa menang.
Namun, tidak semua pakar dan analis yakin Pakistan adalah kunci dari bebasnya Afghanistan.
"Pakistan memiliki porsi kontrol strategi kecil atas Taliban yang kini sudah lebih berpengalaman," ujar Ryan Clarke, rekan senior di East Asian Institute of Singapore yang telah meneliti jaringan teroris dan ekstrimis Asia Selatan.
"Pemimpin sipil, militer dan intelijen Pakistan yang mencoba mengarahkan operasi Taliban di Afghanistan sama saja bermain dengan TNT di dalam reaktor nuklir.
"Taliban tidak akan lagi mengambil perintah dari Pakistan dan mungkin melihat mereka cukup sebagai tempat bersandar saja.
"Atas kepentingan menjaga diri, patut dan bijak bagi pemimpin Pakistan menyadari kenyataan ini," ujar Clarke dikutip dari Asia Times.
"Pemimpin Pakistan telah terus beroperasi di bawah asumsi salah bahwa pengaruh dan kekuasaan Taliban tidak akan pernah menyebar ke wilayah Pakistan seperti provinsi Punjab dan Sindh. Tapi ini tidak begitu lagi."
Dengan serangan anti-pemerintah Taliban meningkat dan semakin banyak provinsi Afghanistan dikuasai Taliban, warga Afghanistan yang kebanyakan sembunyi dan lari, meluncurkan hashtag #SanctionPakistan untuk memprotes melawan peran Islamabad atas konflik ini.
Hashtag tersebut masih jadi trending di Twitter sejak minggu lalu tepat sebelum Kabul jatuh dan berita dari Wall Street Journal menuduh militer Pakistan mengobarkan perang melawan Afghanistan.