Advertorial

Sudah Bakar Uang Rp115 Triliun Selama 15 Tahun Demi Hancurkan Taliban Tapi Masih Gagal, Terkuak Ternyata Inilah Pabrik Uang Taliban yang Bikin Amerika Keteteran

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ketika Amerika Serikat hampir mengakhiri perang terpanjangnya, Afghanistan tetap menjadi pemasok opium ilegal terbesar di dunia.
Ketika Amerika Serikat hampir mengakhiri perang terpanjangnya, Afghanistan tetap menjadi pemasok opium ilegal terbesar di dunia.

Intisari-online.com - Selama ini Amerika telah menjadi tulang punggung untuk membantu Afghanistan melawan Taliban.

Selama 15 tahun Amerika disebut menghabiskan kurang lebih 8 miliar dollar AS (Rp115 triliun) untuk melawan Taliban.

Namun faktanya Taliban menang dan kini telah berhasil menguasai Afghanistan, lantas darimana Taliban mendapatkan uangnya.

Baca Juga: Pantas Bisa KuasaiAfghanistan dengan Cepat, Ternyata Segini Banyak Kekayaan Taliban hinggaPunya Gudang Senjata Mematikan, Begini Cara Mereka Dapatkan Uang

Menurut Reuters, Taliban menghasilkan uang dari pedagangan opium dan heroin.

Ini ditemukan dari penggerebekan laboratorium obat yang dicurigai.

Ketika Amerika Serikat hampir mengakhiri perang terpanjangnya, Afghanistan tetap menjadi pemasok opium ilegal terbesar di dunia.

Kemungkinan akan melakukannya saat Taliban bersiap untuk mengambil alih kekuasaan di Kabul, kata para ahli dan pejabat.

Baca Juga: Gedor Pintunya Tiga Kali, Gedoran Keempat Ibu Empat Anak Ini Dibunuh Taliban, Ternyata Beginilah Nasib Wanita Ketika Taliban Pernah Menguasai Afghanistan, Bikin Miris

Perang yang menghancurkan, pemindahan jutaan orang, pemotongan bantuan asing dan penurunan pengeluaran oleh pasukan pimpinan AS menyebabkan krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Membuat banyak orang Afghanistan memilih untuk bergabung dengan perdagangan narkoba untuk bertahan hidup.

Pejabat AS dan PBB khawatir bahwa jatuhnya Afghanistan ke dalam krisis akan memfasilitasi peningkatan produksi obat.

"Taliban memiliki sumber pendapatan utama dari produksi dan perdagangan narkoba. Semakin banyak diproduksi, semakin murah dan mudah dibeli," Cesar Gudes, direktur Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) di Kabul, mengatakan kepada Reuters.

Masuknya Taliban ke Kabul pada 15 Agustus adalah "waktu terbaik bagi kelompok-kelompok jahat untuk menemukan tempat mereka" untuk memperluas perdagangan mereka, kata Gudes.

Taliban melarang penanaman opium pada tahun 2000 ketika melobi untuk pengakuan internasional, tetapi mendapat reaksi keras dan kemudian mengubah pendiriannya, kata para ahli.

Sementara perdagangan obat terlarang Afghanistan menimbulkan banyak ancaman, para ahli menekankan bahwa AS dan negara-negara lain jarang berbicara secara terbuka tentang perlunya mengatasi situasi tersebut.

Baca Juga: Takut Dibunuh Taliban, Ratusan Warga Afghanistan yang Putus Asa Nekat Berpegangan di Badan Pesawat Militer, 3 TewasSetelah Jatuh dari Pesawat yang Lepas Landas

UNODC memperkirakan bahwa Afghanistan adalah sumber lebih dari 80% heroin dan opium dunia.

"Amerika Serikat dan mitra internasionalnya terus menarik diri dan tidak berurusan dengan penanaman opium. Anda akan melihat industri itu akan meledak," kata seorang pejabat AS yang akrab dengan perdagangan narkoba di Afghanistan kepada Reuters.

Mengomentari berita tersebut, seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung rakyat Afghanistan, "termasuk upaya memerangi narkoba,"

Tetapi menolak untuk mengatakan bagaimana Amerika Serikat akan mendukungnya jika Taliban berkuasa.

Menurut UNODC, produksi opium Afghanistan telah meningkat secara dramatis selama tiga tahun terakhir.

Terlepas dari pandemi Covid-19 yang menghancurkan, produksi opium Afghanistan meningkat sebesar 37% pada tahun 2020.

Barnett Rubin, mantan penasihat Departemen Luar Negeri AS di Afghanistan, mengatakan obat-obatan "adalah industri terbesar Afghanistan kecuali untuk perang".

Baca Juga: Digadang-gadang Sosok Pendiri Taliban Ini yang Bakal Jadi Presiden Baru Afghanistan, Reputasinya sebagai Pemimpin Militer Tak Main-main

Produksi opium Afghanistan diperkirakan telah mencapai rekor pada tahun 2017, sebesar 9.900 ton, bernilai sekitar 1,4 miliar dollar AS, atau 7% dari PDB Afghanistan, menurut laporan UNODC.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Washington percaya bahwa Taliban terlibat dalam semua kegiatan terkait narkoba, mulai dari menanam opium, mengekstraksi, memperdagangkan, dan mengumpulkan "pajak" dari opium.

Lalu, mengoperasikan laboratorium narkoba hingga mengumpulkan biaya dari pengedar narkoba di seluruh Afrika, Eropa, Kanada , Rusia, Timur Tengah dan Asia.

Pejabat PBB memperkirakan bahwa Taliban dapat memperoleh lebih dari 400 juta dollar AS dari perdagangan narkoba pada 2018 dan 2019.

Sebuah laporan oleh kantor inspektur jenderal pemerintah AS yang dirilis pada Mei mengutip seorang pejabat AS memperkirakan bahwa pendapatan obat-obatan menyumbang 60% dari total pendapatan Taliban.

Artikel Terkait