Kisah Kapal Perang Belanda yang Terdampar di Perang Dunia 2 Ini Lalu Samarkan Diri Serupai Pulau Terapung Demi Hindari Pengebom Jepang, Sembunyi di Antara Ribuan Pulau di Indonesia

K. Tatik Wardayati

Penulis

Kapal perang Belanda yang menyamarkan diri menyerupai pulau terapung agar tidak dibom Jepang.
Kapal perang Belanda yang menyamarkan diri menyerupai pulau terapung agar tidak dibom Jepang.

Intisari-Online.com – Masih seputaran Perang Dunia 2 ketika Jepang turut masuk ke dalam kancah peperangan dan merasa memenangkannya setelah menyerang Pearl Harbor.

Ketika itu Belanda resmi menyerahkan diri pada 15 Mei 1940.

Namun, Angkatan Laut Belanda tetap melanjutkan pertempuran.

Sebagian Angkatan Lautnya dikerahkan di Hindia Belanda saat menyerang Indonesia, dan sebagian lagi berhasil melarikan diri ke Inggris.

Baca Juga: Pantas China dan Rusia Ketar-Ketir, Amerika Pamerkan Kapal Perang yang Tahan Diledakan 3 Kali Dengan Bom 18 Ton, Kekuatannya Setara Gempa 3,9 SR

Angkatan Laut Belanda kemudian mendirikan markas di London, sementara pasukannya beroperasi di semua medan perang.

Beberapa kapal Belanda berpartisipasi dalam Operasi Dynamo, yang lebih dikenal sebagai evakuasi Dunkirk dan dalam misi transportasi selama invasi Normandia.

HNMS Abraham Crijnssen adalah salah satu kapal yang berlabuh di Surabaya di Hindia Belanda.

Kapal itu adalah kapal penyapu ranjau kelas Jan van Amstel yang ketiga dari delapan yang dibangun pada tahun 1930-an.

Baca Juga: Inggris Sesumbar Sebut Kapal Selam China Lakukan Tindakan Berbahaya Ini di Laut China Selatan, Media China Malah Sebut Inggris Omong Kosong, Sampai Sindir Kemampuan Kapal Perang Inggris

Nama kapal itu berasal dari komandan Angkatan Laut terkenal abad ke-17, yaitu Abraham Crinjssen.

Kapal itu kemudian ditugaskan ke Angkatan Laut Kerajaan Belanda pada 26 Mei 1937.

Menyusul invasi Jepang pada tahun 1941 dan kekalahan awal Sekutu di Pertempuran Laut Jawa dan Selat Sunda pada Februari 1942, semua kapal Belanda diperintahkan untuk mundur ke pelabuhan Australia.

Dua kekalahan yang menghancurkan ini membuat armada gabungan Amerika, Inggris, Belanda dan Australia hancur dan komandan pasukan gabungan, Karel Doorman, yang berkebangsaan Belanda, tewas dalam pertempuran tersebut.

Pada saat itu, pertempuran tersebut merupakan pertempuran permukaan terbesar dari kapal-kapal sejak Pertempuran Jutlandia pada tahun 1916.

HNMS Abraham Crijnssen bermaksud meninggalkan Surabaya dengan dikawal tiga kapal lain, namun akhirnya sendirian.

Kalah dalam jumlah persenjataan berat, mereka harus mencari cara untuk mundur tanpa ditenggelamkan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, yang mengintai di perairan sekitar nusantara.

Kaptan kapal HNMS Abraham Crijnssen kemudian menyusun rencana yang terdengar sangat gila.

Dia memutuskan agar kapal itu disamarkan sebagai pulau terapung.

Baca Juga: Bak Sengaja Cari Masalah dengan China, India Malah Ikut-ikutan Kirim Kapal Perang ke Laut China Selatan, Padahal Konflik di Perbatasan Belum Selesai

Ingat, bahwa kapal ini memiliki panjang 56 m, dengan lebar 7,6 m, dan tinggi 2,1 m, dengan berat 525 ton.

Awak kapal kemudian mengumpulkan cabang-cabang pohon besar dari pulau terdekat dan mengaturnya agar terlihat serealistis mungkin.

Mereka juga mengecat lambung kapal dengan corak yang menyerupai bebatuan dan tebing.

Kapal harus tetap dekat dengan pantai sepanjang waktu dan hanya melakukan perjalanan pada malam hari.

Kapal penyapu ranjau relatif berjalan lambat dapat mencapai kecepatan maksimum hanya 15 knot.

Mereka hanya memiliki persenjataan yang minim, hanya membawa satu meriam 3 inci dan dua meriam 20mm Oerlikon.

Tentu saja, kapal ini bisa dengan mudahnya jadi mangsa para pembom Jepang yang mengelilingi nusantara.

Maka, kapal itu pun memutuskan untuk mencari perlindungan di suatu tempat di antara 18.000 pulau di Indonesia.

Karena mereka bergerak hanya pada malam hari, terbuktilah bahwa mereka tidak terdeteksi.

Baca Juga: Pernah Digunakan China Namun Gagal, Inilah Prediksi Strategi Tempur Negeri Panda Jika Benar-Benar Lakukan Invasi Besar-Besaran ke Taiwan

HNMS Crijnssen dan 45 awaknya berhasil menghindari kapal perusak Jepang yang telah menenggelamkan beberapa kapal Belanda dalam Pertempuran Laut Jawa dan Selat Sunda, yang sedang berpatroli di perairan untuk mencari kapal-kapal Belanda yang tersisa.

Pelayaran berlangsung selama delapan hari, dan HNMS Abraham Crijnssen adalah kapal terakhir yang berhasil melarikan diri dari Jepang dari perairan Hindia Belanda.

Setelah menemukan perlindungan di perairan Australia, kapal itu kemudian menjalani reparasi, termasuk pemasangan peralatan ASDIC baru untuk berburu kapal selam.

HNMS Abraham Crijnssen aktif kembali pada tanggal 28 September 1942, sebagai bagian dari Angkatan Laut Kerajaan Australia.

Kapal penyapu ranjau tersebut kemudian diklasifikasikan sebagai kapal pengawal konvoi anti-kapal selam karena Sekutu sangat membutuhkan tindakan balasan terhadap kapal selam yang bergerombol di Pasifik.

Awak kapal kemudian digantikan oleh orang-orang yang selamat dari kapal perusak Inggris HMS Jupiter, yang telah tenggelam selama Pertempuran Laut Jawa.

Selain pelaut HMS Jupiter, HNMS Abraham Crijnssen diawaki oleh personel Australia yang semuanya di bawah komando seorang letnan Australia.

Angkatan Laut Belanda memupuk tradisi menggantung potret raja yang sedang berkuasa di aula perwira.

Namun, hal tersebut menyebabkan perselisihan kecil antara Inggris dan Belanda ketika diusulkan agar gambar Ratu Wilhelmina dari Belanda diganti dengan potret Raja George VI dari Inggris.

Baca Juga: Mau Apalagi Negara Eropa yang Ini, 20 Tahun Tak Pernah Bersentuhan Sedikitpun dengan China, Malah Mendadak Kirimkan Kapal Perangnya ke Laut China Selatan, Tujuannya Sulit Diprediksi

Belanda bersikeras untuk tidak menurunkan gambar ratu pewaris, meskipun krunya adalah orang Inggris atau Australia.

Di bawah bendera Angkatan Laut Australia, kapal Abraham Crijnssen mendeteksi kapal selam, pada 26 Januari 1943.

Kapal perang Belanda ini kemudian menjadi kapal perang Australia.
Kapal perang Belanda ini kemudian menjadi kapal perang Australia.

Maka bersama dengan HMAS Bundaberg Australia, mereka menyerang kapal selam itu.

Tidak ada puing-puing kapal selam yang ditemukan, penyerangan juga tidak dikonfirmasi, namun bekas kapal penyapu ranjau itu mengalami beberapa kerusakan.

Setelah kejadian tersebut, kapal akhirnya dikembalikan ke layanan Angkatan Laut Kerajaan Belanda pada 5 Mei 1943, meskipun menghabiskan sisa perang di perairan Australia.

Kapal tersebut tidak digunakan sampai tahun 1945, ketika kapal meninggalkan Sydney menuju Darwin, menarik pemantik minyak dan kapal selam K9 Belanda yang tidak beroperasi.

Dalam peristiwa yang tidak menguntungkan itu, kabel derek putus, dan kapal selam itu terdampar di Seal Rocks, New South Wales.

Abraham Crijnssen mengakhiri karier Perang Dunia II sebagai kapal penyapu ranjau yang bertanggung jawab membersihkan ranjau di Pelabuhan Kupang sebelum kedatangan pasukan RAN untuk menerima penyerahan Timor oleh Jepang.

Baca Juga: Di Tengah Kekhawatiran Ambisi China Menguasai Laut China Selatan, Jerman Tiba-tiba Kirim Kapal Perangnya ke Wilayah Itu, Ada Apa?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait