Intisari-Online.com - Setiap Narapidana (Napi) dan semua orang pastilah begidik mendengar hukuman mati.
Apalagi kalau sampai dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan.
Namun berbeda dengan seorang narapidana bernama Joe Arridy.
Ia amat kegirangan ketika dirinya dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan.
Melansir Hot.grid.id, mengutip allthatsinteresting.com, semuanya berawal pada 15 Agustus 1936, seorang ibu bernama Dorothy Drain di Pueblo, Colorado menemukan anak perempuan mereka yang berusia 15 tahun tewas bersimbah darah di rumah.
Gadis itu terbunuh dengan luka mengangan di bagian kepala.
Adik perempuannya, Barbara, juga dipukul kepalanya, meskipun secara ajaib dia selamat.
Serangan terhadap gadis-gadis muda membuat kota menjadi gempar, menyebabkan surat kabar setempat menyatakan bahwa seorang pembunuh yang juga predator sedang berkeliaran.
Polisi Colorado berada di bawah tekanan luar biasa untuk menangkap pembunuhnya.
Para saksi ditanyai dan pemimpin operasi penangkapan itu yakni Sheriff George Carroll sumringah ketika mendapati seorang pria bernama Joe Arridy yang berusia 21 tahun berkeliaran di kota tanpa tujuan, ia ditangkap lantaran cocok dengan ciri-ciri pembunuh yang dilontarkan oleh para saksi.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR