Intisari-Online.com - Setelah AS dan sekutunya memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan, Taliban semakin gencar melakukan serangan untuk merebut negara itu.
Saat ini, Taliban telah mengambil ali 18 ibu kota provinsi dari 34 provinsi di Afghanistan sejak Agustus.
Bahkan, assesmen dari dinas intelijen AS mengatakan bawa Taliban dapat merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, dalam waktu 90 hari, lebih cepat dari perkiraan semula.
Kamis (12/8/2021), kota terbesar kedua dan ketiga Afghanistan, Herat dan Kahandar, direbut Taliban setelah pertempuran selama lebih dari dua pekan.
Keberhasilan Taliban merebut dua kota tersebut membuat warga Herat dan Kahandar marah dengan sikap Pemerintah Afghanistan.
Mereka menilai usaha pemerintah untuk mempertahankan kedua kota penting tersebut tidaklah besar.
Kepada Al Jazeera, salah satu warga Kahandar mengatakan, "Mereka secara jelas telah menjual kami. Tak ada usaha perlawanan dari pemerintah."
"Saya tak pernah membayangkan Kahandar akan begitu mudahnya diambil alih," imbuhnya.
Hal itu juga diakui oleh pendukung miliki anti-Taliban yang dikenal sebagai "Kekuatan Pemberontakan" di sebelah barat Herat.
"Faktanya semua tempat telah diduduki. Lihat saja, Kabul dan Mazar-i-Sharif selanjutnya," tuturnya.
Taliban memang sudah semakin dekat ke ibu kota Afghanistan dan pusat pemerintahan, Kabul.
Pasalnya, Ghazi, salah satu ibu kota provinsi yang mereka duduki hanya berjarak 10 km dari Kabul.
Hanya dibutuhkan satu jam perjalanan dari wilayah tersebut.
Pergerakan cepat Taliban untuk menguasai Afghanistan ini rupanya tak lepas dari peran Donald Trump saat dirinya masih menjabat sebagai Presiden AS.
Pasalnya, Trum membuat kesepakatan dengan Taliban pada Februari 2020 lalu untuk menarik pasukan AS pasa Mei 2021, selama kelompok itu berjanji tidak mendukung al-Qaeda dan ekstremis lainnya.
Melansir DW.com, (14/4/2021), pemerintahan Trump juga mencoba membuka jalan bagi negosiasi perdamaian antara pemerintah Afghanistan yang diakui secara internasional dan Taliban, meski pembicaraan sejak tahun lalu itu terhenti.
Laporan intelijen nasional AS menyatakan bahwa Taliban 'yakin mencapai kemenangan militer'.