Dua hari kemudian, Shah membalas dengan pidato yang menyerang para ulama.
Khomeini terus menggelorakan aksi melawan Shah Pahlavi.
3 Juni 1963, dalam pidatonya di berkata jika Pahlavi tak mengubah kebijakannya, rakyat Iran bakal senang melihatnya pergi.
Ucapannya itu membuatnya ditangkap pada 5 Juni 1964 di Qom, dan dibawa menuju ibu kota Teheran.
Penangkapannya memunculkan gelombang protes dan kerusuhan.
Peristiwa yang dikenal sebagai Pergerakan 15 Khordad (sesuai kalender Hijriah), dan menelan korban tewas sekitar 400 orang.
Khomeini baru dibebaskan di Agustus 1963.
26 Oktober 1964, Khomeini kembali mengkritik Pahlavi dan AS atas kebijakan "kapitulasi", atau pemberian imunitas diplomatik bagi militer AS yang masuk ke sana.
Dia ditangkap di November 1964, dan menjalani hukuman penjara selama enam bulan.
Saat dibebaskan, dia dibawa ke hadapan Perdana Menteri Hasan Ali Mansur.
Sang PM mencoba meyakinkan Khomeini bahwa dia harus menyampaikan permintaan maaf, dan memintanya bergabung ke sisi pemerintah.
Ketika dia menolak, Mansur yang sangat marah menampar wajahnya.
Dua bulan berselang, Mansur dibunuh tatkala berjalan menuju gedung parlemen.
3. Hidup di Pengasingan dan Revolusi Iran
Khomeini awalnya diasingkan ke Turki.
Namun, karena hukum Turki melarang pemakaian pakaian tradisional ulama Syiah, dia pindah ke Najaf, Irak, di September 1965.
Selama 14 tahun di pengasingan, Khomeini mengembangkan sebuah teori tentang bagaimana negara bisa dibentuk berdasarkan prinsip Islam.
Berbagai metodenya membuat Khomeini diterima sebagai pimpinan oposisi.
Dia mendukung berbagai aksi demonstrasi yang terjadi sepanjang 1975-1978.
Langkah itu mulai dilihat Shah. Segera setelahnya, Khomeini didatangi pasukan Irak.
Dia mendapat dua pilihan: menanggalkan aktivitas politiknya atau pergi dari Iran.
Dia memilih opsi kedua, dan bertolak menuju Paris, Perancis.
Di sana dia meminta rakyat Iran terus menentang rezim Pahlavi.
Puncak dari ajakan itu adalah Revolusi Iran yang dimulai dengan peristiwa Black Friday di mana pasukan kerjaan menewaskan 89 orang ketika bentrok dengan demonstran.
D1 17 Januari 1979, dengan alasan liburan Pahlavi meninggalkan Iran.
Dua pekan berselang di 1 Februari 1979, dia kembali ke Iran, dan menurut BBC, disambut lima juta orang.
Di 30-31 Maret 1979, sebuah referendum mengesahkan penghapusan monarki menjadi Republik Islam dengan meraup 98 persen suara.
Di November 1979, Iran mengesahkan konstitusi republiknya dalam sebuah referendum, dengan mengangkat Khomeini sebagai Pemimpin Tertinggi dengan nama resmi Pemimpin Revolusi.
4. Insiden Penyanderaan Staf AS
22 Oktober 1979, AS mengizinkan Shah memasuki negerinya guna melakukan pengobatan kanker limfatik yang sudah dia derita.
Situasi itu memunculkan protes dari Khomeini yang menginginkan Shah dideportasi ke Iran agar dia bisa segera diadili dan dieksekusi.
Di 4 November 1979, sekelompok mahasiswa Iran menyerang Kedutaan Besar AS di Teheran, dan menawan 52 staf selama 444 hari yang dikenal sebagai Krisis Sandera Iran.
Aksi itu menjadi popular, dan rakyat mendukung Khomeini di bawah slogan "AS Tak Bakal Bisa Melakukan Apapun kepada Kita".
Bagi Khomeini, penyanderaan itu membantunya memantapkan pemerintahannya serta menormalkan dan menstabilkan hubungan dengan negara lain.
Drama itu berakhir di 20 Januari 1981 dengan hasil para sandera dibebaskan berdasarkan Perjanjian Aljir.
Peristiwa itu menewaskan delapan tentara AS yang mencoba menyelamatkan staf.
5. Fatwa Rushdie
Di awal 1989, Khomeini mengeluarkan fatwa berisi perintah membunuh Salman Rushdie, seorang penulis Inggris kelahiran India.
Fatwa itu dikeluarkan setelah Rushdie menerbitkan buku berjudul The Satanic Verses yang dianggap merupakan bentuk pelecehan agama.
Fatwa itu tak hanya eksekusi Rushdie.
Namun juga semua orang yang terlibat dalam proses penerbitan buku tersebut, dan membuat Khomeini dikecam negara Barat.
Meski Rushdie mengaku menyesal telah menerbitkan buku itu sehingga membuatnya menerima gelombang kemarahan, fatwa tersebut tak dicabut.
Rushdie tak terbunuh oleh fatwa tersebut.
Adalah Hitoshi Igarashi, seorang penerjemah buku Satanic Verses yang tewas dibunuh.
6. Kematian
Khomeini meninggal dunia pada 3 Juni 1989 dalam usia 86 tahun setelah menderita lima serangan jantung dalam waktu 10 hari.
Upacara pertama pemakaman Khomeini di Paradise of Zahra mengalami penundaan setelah para pelayat berhamburan masuk, dan sempat menghancurkan peti matinya.
Upacara kembali digelar lima jam kemudian, dengan peti Khomeini dibuat dari besi.
Kini, makamnya menjadi kompleks mausoleum.
(Ardi Priyatno Utomo)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR