Teori yang kini disebut sebagai radiasi Hawking itu baru-baru ini terkonfirmasi benar dalam sebuah percobaan laboratorium di Technion-Israel Institute of Technology di Israel.
Para peneliti di Isrel itu menggunakan analog akustik, sebuah "lubang hitam sonik" yang mana gelombang suara tidak dapat melarikan diri darinya.
Mereka mendeteksi sesuatu yang ekuivalen dari radiasi Hawking sesuai dengan prediksi fisikawan besar tersebut.
4. Teorema area lubang hitam
Dalam fisika klasik, entropi atau ketidakteraturan suatu sistem, hanya dapat bertambah seiring waktu, tidak pernah berkurang.
Bersama dengan Jacob Bekenstein, Hawking mengusulkan bahwa entropi lubang hitam diukur dengan luas permukaan cakrawala peristiwa di sekitarnya.
Teorema area lubang hitam tersebut, yang diturunkan Hawking pada tahun 1971 dari teori relativitas umum Einstein, menyatakan bahwa tidak mungkin luas permukaan lubang hitam berkurang seiring waktu.
Baca Juga: Inilah Warisan Terakhir dari Stephen Hawking yang Kontroversial Bagi Ahli Kosmologi
Penemuan baru-baru ini terkait gelombang gravitasi yang dipancarkan oleh penggabungan dua lubang hitam menunjukkan bahwa Hawking benar lagi.
Seperti yang pernah dikatakan Hawking kepada BBC pada tahun 2016 saat ada dua lubang hitam diketahui saling bergabung, "sifat-sifat sistem yang diamati tersebut konsisten dengan prediksi tentang lubang hitam yang saya buat pada tahun 1970 ... luas lubang hitam terakhir lebih besar daripada total luas dua lubang hitam awal."
Pengamatan yang lebih baru pada 202 telah memberikan konfirmasi lebih lanjut tentang "teorema area lubang hitam" Hawking ini.
Jadi, secara bertahap, dunia seolah sedang membuktikan kebenaran satu per satu prediksi yang menakjubkan dari Stephen Hawking ini.
Partikel Tuhan
Sementara itu, ada juga teori mengerikan yang dianggap Stephen Hawking sebagai salah satu hal yang bisa memicu kehancuran dunia.
Dilansir dari Live Scence sebelumnya, Hawking bertaruh jika ilmuwan tidak akan sanggup menemukan 'partikel Tuhan'.
Namun, nyatanya suatu partikel yang dikenal dengan sebutan Higgs Boson itu merupakan salah satu partikel yang cukup menggemparkan dan mengundang tanda tanya besar.
Para ilmuwan Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) pada 2012 lalu berhasil mengembangkan Higgs Boson dan mengklaimnya sebagai 'partikel Tuhan'.
Higgs Boson sebelumnya merupakan pengembangan dari teori yang dicetuskan fisikawan bernama Peter Higgs pada 50 tahun silam.
'Partikel Tuhan' merupakan medan energi yang ditemukan dengan cara merekatkan proton-proton dan inti atom.
Hawking mengeluhkan hal ini karena ada semacam kehawatiran darinya.
Sebuah teori konspirasi menyebutkan, jika 'partikel Tuhan' ditemukan maka bisa memicu kiamat.
Menurut teori tersebut, fluktuasi kuantum 'partikel Tuhan' mampu menciptakan gelembung vakum yang meluas melalui ruang dan menghapus alam semesta.
Baca Juga: 'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat
Hawking menggambarkan, kekuatan dasyat yang dimiliki partikel tuhan adalah sebuah energi yang muncul sejak kelahiran alam semesta dan partikel Tuhan bertindak sebagai sumber energinya.
Lalu beberapa fisikawan mengemukakan, kekuatan medan 'partikel Tuhan' ini perlahan mencoba menemukan keseimbangan optimal untuk mempertahankan kekuatan sejatinya.
Sama halnya dengan materi yang bisa memadat dan mancair, medan partikel Tuhan juga bisa mengisi ruang dan waktu.
Saat ini partikel yang disebutkan berada dalam keadaan potensi minimal.
Jika energi 'partikel Tuhan' dalam kondisi naik, bukan tidak mungkin energinya bisa memicu kehancuran alam semesta.
Namun, untuk melakukan proses yang disebut fluktuasi kuantum juga tidaklah mudah.
Fluktuasi kuantum ini hanya akan terjadi di suatu tempat hampa, dan itu hanya berada angkasa luar.
Hawking menggambarkan skenario kiamat dalam bukunya yang berjudul 'The Higgs potential has the worrisome feature that it might become metastable at energies above 100 billion gigaelectronvolts (GeV)'.
Dapat disimpulkan penemuan ini bisa memicu kerusakan semesta dan mengalami kerusakan vakum yang dasyat, yang disebutkan dengan gelembung sejati yang meluas dengan kecepatan cahaya.
Tentu saja, teori yang ini baru sebatas teori di atas kertas dan belum dibuktikan secara nyata.
Baca Juga: Jadi Profesor di Kampus ‘Elit’, Bukunya pun ‘Laris-Manis’, Berapakah Kekayaan Stephen Hawking?
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR