Intisari-Online.com - Setelah berita militer Amerika ditarik dariAfghanistan, Taliban mendadak menguasai negara Timur Tengah itu.
Tapi sebelummiliter Amerika ditarik dariAfghanistan secara keseluruhan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendadak memerintahkan dua pesawatnya.
Yaitupesawat pembom B-52 dan pesawat tempur Spectre untukbergerak menuju tiga kota utamadi Afghanistan.
Yaitu disekitar Kandahar, Herat dan Lashkar Gar di Provinsi Helmand. Tujuannya untuk menyerang Taliban.
Taliban memang merupakan musuh AS dan negara barat. Dan tak heran Taliban sering terlibat skandal dengan negara barat lainnya.
Misal ketika ada skandalfotoseorang tentaraAustraliayang minum dari sebuah kaki palsu.
Kejadian itu terjadi pada akhir tahun 2020 kemarin.
Di internet, foto yang beredar itu menampilkanpotongan tubuh yang digunakan sebagai cangkir untuk bersenang-senang itu diduga berasal dari pejuang Taliban.
Hasilnya, para pemimpin dan masyarakat sipil Afghanistanmerasa jijik terhadap foto-foto tersebut.
Pada akhirnya,The Guardianpun melakukan penyelidikan terkait foto itu.
Pertama, seorang tentara yang ada pada foto itumasih terdaftar di Angkatan Pertahanan Australia.
Dan tentara itu minum bir dari kaki di bar tidak resmi di pangkalan di Tarin Kowt, ibu kota provinsi Uruzgan, pada tahun 2009.
Tak ayal foto itumenimbulkan gelombang kemarahan besar-besaran.
"Itu adalah gambar paling menjijikkan, mengejutkan, dan mengerikan yang pernah saya lihat," kata Hayatullah Fazly, anggota dewan provinsi di Uruzgan, kepadaGuardian, berbicara melalui telepon dari kantornya di Tarin Kowt.
“Lebih menyakitkan ketika Anda menganggap bahwa (tentara) ada di sini untuk membantu kami dan membuat kami merasa aman. Itu memalukan," lanjutnya.
Satu demi satu orang mulai berkomentar mengenai foto itu.
Salah satunya Zabiullah Farhang, juru bicara Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan.
Dia mengatakan foto-foto itu menunjukkan tentara Australia "tidak menghormati kehidupan warga Afghanistan di sini".
“Ini benar-benar pelanggaran hak asasi manusia internasional dan juga kejahatan perang," kata Zabiullah Farhang.
Patricia Gossman, direktur asosiasi Asia untukHuman Rights Watch, juga menyampaikan pendapatnya.
Menurutya hal itu perlu diselidiki.
Bahkan diamemintamenghukum siapapununtuk bertanggung jawabjika mereka tahu tentang dugaan kejahatan tersebut.
Pada akhirnya, dibentuk tim khusus untuk menyelidiki insiden tersebut.