Intisari-Online.com - Lahirnya Republik Indonesia tak bisa lepas dari peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok merupakan momen sangat bersejarah bagi Indonesia.
Pasalnya, peristiwa ini menjadi latar belakang Indonesia mencapai puncak kemerdekaan.
Lalu, apa itu peristiwa Rengasdengklok?
Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta "diculik" oleh sejumlah pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Mereka kemudian diamankan di sebuah rumah sederhana milik seorang petani, dilansir dari laman Kompas.com, Kamis (9/8/2018).
Hal ini lantaran terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda.
Golongan tua di antaranya Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang menginginkan proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI.
Sementara golongan muda, di antaranya ada Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh, ingin supaya proklamasi kemerdekaan cepat diumumkan.
Perbedaan pendapat ini-lah yang melatar belakangi lahirnya peristiwa Rengasdengklok.
Lalu, apa tujuan golongan muda menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta seharian penuh di Rengasdengklok?
Rupanya, hal ini dilakukan agar keduanya tidak terpengaruh Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Ir. Soekarno pun bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta.
Sementara itu, di Jakarta terjadi perundingan antara Achmad Soebardjo (sebagai perwakilan golongan tua) dan Wikana (wakil golongan muda).
Mereka sepakat Proklamasi dilaksanan di Jakarta dan Laksamana Tadachi Maeda mengizinkan kediamannya sebagai tempat berunding dan menjamin keselamatan mereka.
Ahmad Subardjo punya peran sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta.
Sebab, ia mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya (17 Agustus 1945) paling lambat pukul 12.00 WIB.
Kenapa Rengasdengklok dipilih sebagai tempat untuk menyembunyikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta?
Lokasinya yang jauh dari Jakarta (sekitar 81 kilometer) membuat Rengasdengklok menjadi tempat yang aman untuk menyusun rencana kemerdekaan.
Selain itu, Rengasdengklok jauh dari pengawasan tentara Jepang yang saat itu sudah mengetahui rencana pembacaan proklamasi kemerdekaan.
Bertempat di pinggiran Sungai Citarum, Rumah Djiaw Kie Siong - (seorang keturunan Tionghoa) menjadi saksi bisu sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
Rumah itu juga ditinggali oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr.Sutjipto, Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 14 - 16 Agustus 1945.
Sampai hari ini, keaslian bangunan rumah ini masih dijaga bahkan dua kamar tidur yang pernah digunakan Soekarno dan Hatta tidak berubah.
(*)