Tak Pernah Terlihat Cekcok Serius dengan China, Negara yang Lokasinya di Timur Indonesia Ini Malah Diprediksi Besar akan perang dengan China Gara-gara Ulah Amerika Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

(Ilustrasi) Xi Jinping dan PLA.
(Ilustrasi) Xi Jinping dan PLA.

Intisari-Online.com - Mantan Mayor Jenderal Australia, Jim Molan, berkata bahwa Australia sepertinya akanmelawan China sendirian di Pasifik Selatan.

Dia mengatakan kepada 4BC pada hari Selasa (27/7/2021), bahwa permainan latihan perang telah memprediksi kekalahan ASatas China jika ketegangan di kawasan itu menyebabkan konflik besar-besaran.

Molan berkata: “Orang Amerika telah dikalahkan dalam rangkaian permainan perang ini.”

Dia menambahkan: “Jika Amerika benar-benar masuk dan mencoba menyerang Taiwan dan mereka kalah – maka kita (Australia) sendirian.”

Baca Juga: Dijuluki Teroris Berbahaya Oleh Amerika, Pejabat Taliban Malah Lakukan Pertemuan dengan China, Lalu Rundingkan Hal Ini, Terkuak China dapat Keuntungan Ini Dari Taliban

Pria berusia 71 tahun, yang sekarang duduk sebagai Senator Liberal itu mengklaim bahwa mereka tidak akan cukup kuat untuk mengalahkan Tentara Pembebasan Rakyat.

“ADF sangat kecil… tidak akan bertahan lebih dari beberapa hari,” kata Molan.

“Itu tidak akan bisa melawan cukup keras. Tidak cukup besar, tidak memiliki massa untuk membela negara ini.

“Bahkan dalam waktu 10 tahun,militer kita masih belum cukup mematikan.”

Baca Juga: Digunakan Sebagai Vaksin Utama di Indonesia Saat Ini, Ilmuwan Ungkapkan Ada Kabar Baik dan Kabar Buruk dari Penggunaan Vaksin Sinovac China, Berikut Penjelasannya!

Komentar itu muncul setelah Senator Molan mengatakan kepada 4BC bahwa "perang bisa terjadi, meski orang tidak mau mempercayainya."

Namun, mantan Mayor Jenderal itu berpendapat dia pikir tidak mungkin Australia akan diserang oleh China.

“Saya tidak percaya bahwa kita akan diserang. Tujuan China bukanlah kita. Tujuan China adalah Amerika,” kata Molan.

Baca Juga: Tak Terima 'Luka Lamanya' Dikorek Joe Biden, China Beberkan dan Mencela 'Sejarah Gelap' Badan Intelijen AS

Meskipun demikian, dia telah meminta Canberra untuk mengambil kembali kendali atas Pelabuhan Darwin.

Dia berargumen: “Darwin sangat kritis, karena kemampuan kita untuk memproyeksikan kekuatan untuk membela diri bergantung pada basis ini.”

Pada 2015, Partai Liberal, yang berafiliasi dengan rekan-rekan kanan-tengah Molan di Canberra, memberi Landbridge Group milik negara China sewa 99 tahun untuk pelabuhan dengan biaya A$506 juta atau setara dengan Rp 5,4 triliun.

Baca Juga: Meski Janji Takkan Jadi Basis Separatis, Taliban Tetap Bikin China Khawatir Bakal Lakukan Hal Ini

Meskipun demikian, dengan akses langsung ke Pasifik, Molan menekankan perlunya Pelabuhan Darwin dikembalikan ke tangan Australia.

“Mengambil kembali Darwin”, klaim Molan, “akan menjadi indikasi kepercayaan diri, perhatian, dan tekad.”

(*)

Artikel Terkait