Intisari-Online.com -Beberapa waktu lalu, masyarakat dibuat geger dengan beredarnya isu yang mengatakan bahwa jenazah pasien Covid-19 diambil organnya oleh rumah sakit.
Diwartakan Kompas.com (24/7/2021), keluarga pasien Covid-19 di RSUD Gunawan Mangunkusumo Ambarawa Kabupaten Semarang yang termakan hoaks ini terlibat keributan dengan perawat.
Bahkan, hingga menyebabkan dua tenaga kesehatan terluka, namun akhirnya berujung damai.
Atas peristiwa tersebut, Kapolsek Ambarawa AKP Komang Karisma mengatakan pihak rumah sakit menyatakan telah memaafkan keluarga pasien dan tidak memperpanjang permasalahan.
Menurut Komang, adik dari pasien yang meninggal, NAS mendapat informasi hoaks.
Komang mengatakan, "Yakni pasien Covid-19 yang meninggal akan diambil organ tubuhnya seperti matanya, sehingga ingin tahu kondisi jenazah kakaknya."
Padahal, jenazah pasien Covid-19 pemulasaran harus menggunakan protokol kesehatan.
Terlepas dari hoaks tersebut, mungkin Anda penasaran kemanakah limbah bagian tubuh manusia selama ini dibuang oleh rumah sakit.
Setelah rumah sakit melakukan operasi untuk mengangkat bagian tubuh manusia tentu tidak akan ditimbun di rumah sakit.
Menurut The Guardian, limbah klinis dibagi menjadi empat kategori: limbah medis infeksius, tajam, redundan, dan anatomi.
Itu harus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam wadah yang terpisah.
Mick Fanning, seorang konsultan energi, limbah, dan tempat berkelanjutan di WSP Group, mengatakan limbah infeksius adalah "paling umum dan paling banyak" yang dihasilkan oleh rumah sakit.
Pakaian pelindung seperti masker, pakaian, dan sarung tangan yang dikenakan oleh dokter dan perawat termasuk dalam kategori ini dan dimasukkan ke dalam tas.
Biasanya sampah itu dimasukan ke dalam wadah plastik terpisah, kemudian ditempatkan di tempat sampah terpisah dan aman.
Tempat sampah ini biasanya memiliki nomor yang sesuai dengan klasifikasi PBB untuk transportasi jalan, yang, kata Mick Fanning, memberi tahu layanan darurat bahwa itu adalah limbah medis.
Rumah sakit biasanya memiliki insinerator di lokasi untuk menghancurkan limbah klinis.
Namun, karena insinerator sering kali terlalu kecil untuk melakukan pembakaran jadi sering menimbulkan polusi.
Jadi pengumpulan limbah klinis diserahkan kepada kontraktor swasta dari awal 1990-an.
Ketika mengumpulkan limbah dari rumah sakit, kata Fanning, kontraktor memiliki dua opsi.
Pertama, perusahaan dapat mengangkut limbah medis langsung ke fasilitas yang akan "menjadikannya aman" dan limbah tersebut kemudian dipanaskan atau dibakar.
Atau mereka dapat mengangkut sampah ke tempat yang dikenal sebagai stasiun transfer.
Limbah disimpan di stasiun itu untuk waktu yang ditentukan sebelum dipindahkan ke fasilitas yang akan menghancurkannya.
Ada sejumlah kontraktor di sektor ini, beberapa melaksanakan seluruh proses pengumpulan dan penghancuran, yang lain berfokus pada tahap-tahap tertentu.
Selain itu pada awal tahun ini, sebuah pangkalan pembuangan limbah medis di Benton, Newcastle sempat bocor.
HES (sebuah lembaga yang menangani masalah limbah medis) sebelumnya mengatakan, "Gambar-gambar ini menunjukkan limbah disimpan dengan aman di fasilitas limbah khusus sebelum dibuang."
Namun pihak kontraktor membantah dan mengatakan "Kami membantah klaim anonim ini bahwa limbah anatomi ditangani secara tidak benar. Itu dibuang sebagai prioritas. Tidak ada bagian tubuh yang ditimbun di salah satu fasilitas kami."
Dalam tayangan itu gambar mengerikan di mana tas yang mengandung limbah medis, dari sisa-sisa manusia termasuk lengan dan kaki terlihat.
Gambar itu memperlihatkan tumpukan plastik menggunung sampai ke langit dan menunggu untuk dibakar.
Kasus ini adalah skandal terbesar dalam penampungan limbah medis yang sempat bocor ke publik yang mengungkapkan bagaimana limbah medis itu ditangani. Afif Khoirul M