Intisari-Online.com – Beberapa waktu belakangan ini viral di media sosial dana bantuan penanggulangan Covid-19.
Ketika Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) mendapat bantuan dana hibah sebesar Rp2 triliun untuk penanggulangan Covid-19.
Melansir dari kompas.com, dana hibah tersebut sudah diserahkan melalui Polda Sumsel yang prosesinya berlangsung pada Senin (26/7/2021).
Dana hibah yang diterima Pemprov Sumsel itu mengatasnamakan keluarga almarhum Akidi Tio.
Keluarga Akidi Tio ini memang terkenal sebagai keluarga yang dermawan.
Keluarga alm. Akidi Tio merupakan pengusaha sukses asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur, yang memang terkenal sebagai keluarga yang dermawan.
Keluarga ini sering membantu masyarakat, misalnya menyumbang di sejumlah panti jompo di Palembang, khususnya ketika pandemi melanda.
Untuk penanganan Covid-19 saja, sudah banyak bantuan yang diberikan oleh keluarga Akidi Tio.
Mereka membantu orang-orang yang melakukan isolasi mandiri, misalnya mengirimi makanan, hanya saja apa yang mereka lakukan tidak dipublikasikan.
Tidak hanya Akidi Tio, rupanya masih banyak orang baik di Bumi Indonesia ini.
Apalagi mereka adalah orang-orang yang diakui kekayaannya, bahkan dermawan.
Forbes di tahun 2019 memberikan penghargaan kepada 30 orang Pahlawan Filantropi Asia 2019.
Ke-30 orang tersebut dipilih menerima perhargaaan, dengan disaring dari lusinan kandidat, yang ditinjau kontribusi keuangan mereka, kedalaman keterlibatan mereka, dan jangkauan upaya filantropi mereka.
Tujuan Forbes adalah menyoroti mereka yang memberikan uang mereka sendiri, dan bukan uang perusahaan mereka, kecuali mereka adalah pemilik mayoritas dari perusahaan swasta.
Tetapi yang jelas, mereka yang dipilih oleh Forbes adalah warga negara dari negara atau wilayah di Asia-Pasifik atau telah lama bertempat tinggal di kawasan tersebut.
Nah, rupanya dari ke-30 nama yang dipilih Forbes tersebut, terdapat dua orang yang adalah orang Indonesia, keduanya masuk dalam jajaran orang miliarder paling dermawan sedunia.
Menurut laman Forbes (2/12/2019), inilah mereka:
Theodore Rachmat, 76
Theodore Rachmat merupakan pendiri Grup Triputra.
Dalam urutan miliader yang dermawan versi Forbe, Rachmat menduduki peringkat kedua.
Taipan pertambangan dan agribisnis Rachmat ini sejak 2018 telah mendonasikan hampir $5 juta atau sekitar 70 miliar Rupiah untuk Yayasan Layanan Kasih Sayang A&A Rachmat
Donasinya mendukung peluang pendidikan, perawatan kesehatan, dan panti asuhan.
Melalui dana beasiswa yang diluncurkan pada tahun 1999, yayasan ini telah memberikan beasiswa kepada 21.000 penerima selama bertahun-tahun.
Rachmat sendiri menyumbang $12,5 juta atau sekitar 175 miliar.
Yayasannya juga menyelenggarakan program pelatihan tahunan untuk guru sekolah dasar, untuk memastikan siswa tetap bersekolah dan belajar secara efektif sejak tahap awal.
Tahun 2005, yayasannya berkembang menjadi perawatan kesehatan dengan mendirikan klinik di daerah pedesaan yang membebankan pasien kurang dari $2 atau Rp29.058 per kunjungan.
Belinda Tanoto, 34, dan Anderson Tanoto, 30
Tanoto bersaudara ini memimpin filantropi keluarga mereka melalui Tanoto Foundation.
Pada tahun 2019, keluarga ini menyumbangkan $16,7 juta (sekitar Rp234 miliar), naik 30% dari 2018.
Dana dari keluarga ini terutama untuk mendukung dan menyediakan pendidikan untuk semua, dari anak usia dini hingga universitas.
Donasi tersebut juga bertujuan untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak Indonesia, yang menimpa sekitar 10 juta anak muda di negara ini.
Dari keduanya, Belinda adalah yang paling aktif terlibat dalam yayasan dan berfokus terutama pada pengembangan anak usia dini.
Yayasan Tanoto sejauh ini telah melatih 15.000 guru dan mendanai hampir 7.500 beasiswa universitas.
Tanotos memiliki Royal Golden Eagle, yang memiliki kepentingan di berbagai perusahaan di seluruh Asia.
Orang tua mereka, Sukanto dan Tinah Bingei Tanoto, mulai berdonasi untuk kegiatan filantropi pada 1980-an.
Baca Juga: Jejak Sang Filantrop, 'Tidak Ada Orang Sedermawan Pak Ang Kang Hoo'
Upaya keluarga tersebut telah berkembang hingga ke China, di mana yayasan tersebut menawarkan pelatihan kepada orang tua di daerah pedesaan.
Di Singapura, yayasan keluarga ini mendukung penelitian tentang penyakit yang lazim di Asia.
Secara terpisah, Anderson juga mencurahkan sekitar seperlima waktunya untuk program pelatihan kepemimpinan yayasan dan dukungannya terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan PBB.
Baca Juga: Inilah Ketakutan Terbesar Bill Gates, Bukan Kehilangan Kekayaan!
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari