Sementara Epidemiolog Indonesia Sarankan Pemberian Vaksin Dosis Ketiga, Kini Terungkap Mengapa Singapura Tak Akui Vaksin Sinovac

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ilustrasi vaksin Sinovac.
Ilustrasi vaksin Sinovac.

Intisari-Online.com - Beberapa epidemiolog mengusulkan pemberian vaksin dosis ketiga bagi para tenaga kesehatan (nakes) di tengah meningkatnya jumlah kematian kolega mereka akibat Covid-19 dan tingginya peningkatan kasus positif di Indonesia.

Pemberian dosis ketiga ini disebut sebagai pendorong untuk meningkatkan atau menjaga efikasi vaksin Sinovac dan juga melindungi tenaga kesehatan dari serangan varian virus baru, seperti Delta yang dilaporkan lebih menular.

Hal tersebut diungkapkan epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko dan Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, terkait wacana pemberian dosis ketiga belum ada publikasi ilmiah dan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

Baca Juga: Rumah Sakit di Jakarta Kolaps, Tak Mampu Lagi Menampung Pasien Covid-19, Anies Baswedan Beri Saran Ini Kepada Warga, 'Hati-hati'

Sementara itu, pemerintah kini tengah melakukan studi mengenai kapan menurunnya efikasi vaksin Sinovac.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), diketahui 949 tenaga kesehatan meninggal karena Covid-19.

Dari jumlah tersebut, terdapat 20 dokter dan 10 perawat yang meninggal walaupun telah menerima vaksin Sinovac - berdasarkan data Tim Mitigasi IDI dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

Sementara itu, terkait vaksin Sinovac , Singapura justrutidak memasukkan orang-orang yang telah menerima vaksin Sinovac ke dalam program vaksinasi nasionalnya.

Baca Juga: Viral Warga Rebutan Susu Beruang Karena Takut Tertular Virus Corona, Memang Apa Khasiat Susu Beruang? Begini Penjelasan Ahli

Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Kesehatan Singapura pada Rabu (7/7/2021) sebagaimana dilansir Reuters.

Kementerian tersebut menambahkan, untuk saat ini hanya orang-orang yang divaksin dengan vaksin Moderna dan Pfizer- BioNTech terhitung sebagai orang yang sudah divaksin.

"Angka vaksinasi nasional hanya mencerminkan mereka yang divaksinasi di bawah program vaksinasi nasional," kata Kementerian Kesehatan Singapura.

Kementerian Kesehatan Singapura menambahkan, vaksin Sinovac bukan bagian dari program vaksinasi nasional Singapura.

Baca Juga: Pantas di Indonesia Kasus Covid-19 Melonjak, Data Ini Ungkap Negara-Negara yang Gunakan Vaksin Buatan China Justru Alami Lonjakan Kasus Covid-19, Terkuak Inilah Fakta Soal Vaksin Buatan China

Kementerian tersebut juga menuturkan pihaknya masih menunggu data penting dari perusahaan Sinovac.

Penerima vaksin Sinovac juga tidak dibebaskan dari peraturan bebas tes Covid-19 sebelum menghadiri acara tertentu atau memasuki beberapa tempat.

Hanya mereka yang telah menyelesaikan vaksinasi lengkap dengan Moderna atau Pfizer yang dibebaskan dari tes Covid-19 untuk menghadiri acara tertentu atau memasuki beberapa tempat.

Kendati demikian, Singapura telah mengizinkan pemakaian vaksin Sinovac di klinik-klinik swasta khusus, setelah persetujuan penggunaan darurat oleh WHO.

Baca Juga: Ketika Indonesia Tetap Ngotot Menggunakannya, Negara Tetangga Kita Justru Percaya Vaksin Sinovac Telah Gagal, Begini NasibWarganya yang Terlanjur Terima Vaksin Asal China Itu

Klinik swasta terpilih dapat memanfaatkan stok 200.000 dosis vaskin Sinovac di Singapura.

Sekitar 3,7 juta orang, atau sekitar 65 persen dari populasi “Negeri Singa”, telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Pfizer- BioNTech atau Moderna.

Kedua vaksin tersebut telah menunjukkan tingkat efikasi lebih dari 90 persen dalam uji klinis.

Direktur Layanan Medis Singapura Kenneth Mak mengatakan, ada bukti dari negara lain yang menunjukkan ada orang yang masih terinfeksi virus corona meski sudah diberi vaksin Sinovac.

"Ada risiko yang signifikan dari terobosan vaksin," katanya.

Baca Juga: Virus Corona Varian Delta Saja Sudah Bikin Rumah Sakit di IndonesiaNyaris Kolaps, Kini Malah Muncul Varian Virus Corona BaruyangLebih Berbahaya dari Varian Delta, Apa Itu?

(*)

Artikel Terkait