Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu Amerika umumkan penarikan pasukannya di Afganistan.
Rupanya di balik rencana Amerika tersebut, bisa dimanfaatkan China bahkan hal ini sudah diperingatkan oleh Xi Jinping.
Dengan Amerika menarik diri dari negara yang dilanda perang, China memiliki peluang strategis.
China bisa mengeksploitasi kekosongan di negara itu, menurut sebah sumber yang dikutip dari Daily Express, Senin (5/7/21).
Uniknya, sumber tersebut mengatakan, meskipun Amerika dan Inggris telah berperang dengan Taliban.
Seorang ahli yang dikutip sumber tersebut memperingatkan, bahwa China bisa bergabung dan bekerja sama dengan kelompok yang disebut Amerika sebagi kelompok teroris itu.
Setiap peningkatan kehadiran China, di negara itu, akan selalu diikui dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI).
Tujuannya adalah untuk mengamankan, pengaruh di seluruh dunia dengan membangun infrastruktur di banyak negara.
Dengan AS meninggalkan negara bagian itu, rencanaChina dapat dipercepat untuk memperluas jalan utama dari Pakistan Barat Laut ke Afghanistan sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Xi.
Michael Kugelman, seorang ahli dalam urusan Asia Selatan, mengatakan kepada The Daily Beast, "Kepergian Washington dari Afghanistan memberi Beijing peluang strategis."
Kugelman menambahkan, "Jika Taliban setuju dengan China membangun infrastruktur dan proyek-proyek lain di Afghanistan, Beijing akan berada di tempat yang jauh lebih baik."
"China bisa saja membawa Taliban bergabung dengan BRIm" katanya.
"Para pemberontak mengatakan mereka akan mendukung proyek-proyek pembangunan jika mereka melayani kepentingan nasional Afghanistan," imbuhnya.
Setelah datang ke Gedung Putih, Biden menetapkan 11 September sebagai waktu bagi pasukan AS untuk menyelesaikan penarikan mereka.
Tawaran ini datang di bawah kesepakatan dengan Taliban, NATO dan AS dan dapat mempengaruhi rencana strategis China untuk wilayah tersebut.
Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) didirikan pada tahun 2013 dengan proyek infrastruktur senilai hingga 62 miliardollar AS.
Proyek ini bertujuan untuk membuat pelabuhan, meningkatkan sistem TI dan meningkatkan jalur kereta api dan jalan raya.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari rencana luas Xi untuk membangun kereta api, jaringan pipa energi, jalan raya, dan penyeberangan perbatasan yang efisien di seluruh dunia.
Inisiatif global Xi menjangkau lebih dari 60 negara dan menjangkau dari Singapura ke pantai timur Afrika dan ke beberapa bagian Eropa.
Xi berharap untuk menyelesaikan keseluruhan rencana pada tahun 2049 dan telah menawarkan pinjaman besar kepada negara-negara yang ingin berpartisipasi dalam proyek untuk membangun infrastruktur global itu.
Satu sumber juga mengatakan kepada situs web, "Ada keterlibatan terus-menerus antara pemerintah Afghanistan dan China selama beberapa tahun terakhir, tetapi itu membuat AS curiga terhadap pemerintahan presiden Ashraf Ghani."
"China telah dengan sangat hati-hati membina banyak pemimpin politik untuk membeli dukungan politik untuk proyek-proyek di Afghanistan pada saat yang sama," katanya.
"Pemerintah China tidak mampu melihat Afghanistan tidak diselubungi melalui BRI," imbuhnya.
Meski potensi di Afghanistan bisa menjadi target China, Kugelman mengklaim iklim politik di negara bagian itu masih belum pasti.
Kamis lalu, Beijing merayakan peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China.
Dalam ancaman terhadap Barat, Xi mengklaim negara mana pun yang berupaya menghentikan sosialisme di China merekaharus dikalahkan.
Dalam pidatonya, Xi mengatakan, "Kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun menggertak, menindas, atau menaklukkan China."
"Siapa pun yang berani mencoba melakukan itu akan dibenturkan kepalanya hingga berdarah ke Tembok Besar Baja yang ditempa oleh lebih dari 1,4 miliar orang China," ujar Xi.