Intisari-online.com -Prediksi para epidemiolog yang memperkirakan akan ada ledakan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran ternyata memang benar terjadi.
Dampaknya mulai terasa saat ini, terutama di Jabodetabek yang salah satunya adalah fasilitas kesehatan (faskes) mulai kewalahan menampung banyaknya pasien.
Dikutip dari Kompas.com, 93% dari total tempat tidur isolasi bagi pasien Covid-19 di Ibu Kota Jakarta sudah terisi.
Kemudian 87% tempat tidur di ruang ICU juga sudah dipakai.
Ahmad Riza Patria Wakil Gubernur DKI Jakarta ingatkan pentingnya masyarakat menjaga protokol kesehatan di masa seperti ini, karena rumah sakit dan tenaga kesehatan sudah kewalahan menangani pasien Covid-19.
"Dalam keadaan okupansi yang tinggi ini, yang penting bukan bagaimana ketersediaan berbagai fasilitas tapi optimalisasi kesungguhan kita dalam rangka melakukan protokol kesehatan," ujar Riza, Senin (28/6/2021), seperti dilansir dari Antara.
Jakarta mencatat 65.923 kasus aktif saat ini, penderitanya harus menjalani perawatan ataupun isolasi mandiri.
Sejak Maret 2020 lalu total kasus yang tercatat di Jakarta mencapai 528.409 kasus.
Sebanyak 457.935 dari mereka sembuh, sedang 8.348 lainnya meninggal dunia.
Ditolak RS
Sebuah kisah pilu tercatat di tengah banyaknya kasus Covid-19 di Jakarta ini.
Kisah ini dialami oleh F, seorang pasien yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta, yakni RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Istrinya, SH, kesulitan mencarikan ruang perawatan bagi F.
RSUD Pasar Rebo bukan RS pilihan pertama F dan SH, sebelumnya mereka sudah ditolak 4 RS yang seluruhnya berada di wilayah Depok.
"Padahal saya sampai mohon agar dibantu," lanjut SH.
Gejala dialami oleh warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu pada mulanya ketika Selasa 15/6/2021.
"Dia demam gitu. Pahit mulutnya sama sempat hilang penciuman," tutur SH.
Tes usap PCR dilakukan oleh F, dan 4 hari kemudian ia dinyatakan positif Covid-19.
"Saya minta pertolongan pertama dulu, karena kan F hilang kesadaran," ujar SH.
SH segera bergerak mencari RS rujukan untuk suaminya, sayang hal itu sulit karena banyak RS yang mulai penuh.
F pun ditolak oleh 4 RS.
"Dari siang saya ke IGD ke IGD, bawa F. Sampai malam, pukul 12.00 WIB, baru RSUD Pasar Rebo yang bisa tangani," kata SH.
Kondisi terbaru, F masih dalam perawatan di RSUD Pasar Rebo.
"Masih di IGD, sudah ada tindakan nunggu ruang HCU-nya, lagi disterilkan dulu," ujar SH.
"Terus F ada infeksi di saluran gitu. Makanya sekarang lagi dicek semua," lanjut SH.
SH menuturkan, F kini sudah dalam kondisi sadar, tetapi masih linglung.
Anjuran membuka rumah sakit lapangan sudah diberikan kepada pemerintah daerah (pemda) yang perlu jika kewalahan mengatasi penumpukan pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Jabodetabek.
Anjuran itu sudah disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Namun Nadia menyebut sampai saat ini belum ada pemda yang mengaktifkan rumah sakit lalpangan.
Ia kemudian menganjurkan semua RS rujukan Covid-19 harus mengurai penumpukan pasien lewat menambah jumlah tempat tidur sebanyak 40% dari kapasitas yang ada, dengan sistem konversi.
"RSUD bila perlu didedikasikan full untuk Covid-19 sementara dan RS sekitarnya dapat menangani kondisi ini terlebih dahulu," ujarnya.
Cara lain yang bisa dilakukan pemda adalah menambah ruang isolasi sehingga pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit adalah pasien dengan gejala sedang, berat dan kritis.
"Kalau kita lihat Bekasi itu stadion olahraganya dilakukan juga di sana (isolasi), kemudian potensi seperti asrama haji itu juga bisa dilakukan, tapi ini tetap harus ada penambahan untuk ruang isolasi dan penambahan tempat tidur perawatan kasus berat atau ini dengan mengonversi 40 persen," tutur Nadia
Kemudian penanganan juga perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk dengan pengetatan protokol kesehatan.
"Pakailah masker yang benar, bahkan bila perlu dua lapis, masker kain dan masker medis, tidak dulu keluar rumah dan batasi mobilitas," pungkasnya.