Marind-Anim dan Asmat, 2 Suku di Papua yang Pernah Punya Tradisi Berburu Kepala Manusia, Apa Alasannya?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ilustrasi suku Asmat di Papua
Ilustrasi suku Asmat di Papua

Intisari-Online.com - Dua suku di Papua, yakni Marind-Anim dan Asmat pernah memiliki kebiasaan mengayau (berburu kepala).

Namun, pengayauan bukanlah kebiasaan harian masyarakat di sana, melainkan suatu aktivitas yang dimotivasi oleh suatu sebab.

Menurut J. van Baal dan Pastor J. Vershueren, MSC, dalam buku Dema: Description and Analysis of Marind-Anim Culture (South New Guinea), pengayauan di dua wilayah ini terdorong oleh suatu ambisi spiritualitas.

Pengayauan ini terjadi oleh karena beberapa hal.

Baca Juga: KKB Papua Kembali Gegerkan Warga, Pimpinan KKB Didikan Lekagak Telenggen Ini Serang dan Sandera Warga di Yahukimo, Evakuasinya Mendebarkan

Orang Marind senang bertamasya dan melihat banyak tempat lain sehingga mereka sering mencari tempat-tempat baru.

Oleh sebab itu, pergi mengayau merupakan kesempatan yang menyenangkan bagi mereka.

Selain ingin menguji nyali dan keperkasaan, sekaligus juga untuk menikmati indahnya alam.

Motivasi lain ialah, seorang bapak mencari nama untuk anaknya.

Baca Juga: Wilayahnya Hancur Lebur Akibat Serangan Israel, Rekonstruksi Gaza Dikhawatirkan Terhambat Karena Hamas dan Otoritas Palestina yang Tak Akur, Takut Dana Bantuan Gaza Disalahgunakan PA

Seorang bapak akan sangat bangga kalau dia memberi nama kepada anaknya dari nama kepala orang yang berhasil dipenggalnya.

Jadi, itulah sekurang-kurangnya dua alasan utama orang Marind pergi mengayau.

Motivasi orang Asmat mengayau berbeda lagi.

Ada beberapa motivasi yang mungkin menjadi sebab pengayauan di Asmat.

Baca Juga: Pantas Saja Papua Terus Bergejolak, Mulai dari OPM Hingga KKB Papua, Rupanya Semua Berawal dari Hasutan Belanda yang Tak Senang Papua Bergabung dengan Indonesia Ini

1. Prinsip keseimbangan

Orang Asmat percaya bahwa arwah seseorang yang terbunuh dalam pengayauan tidak akan pergi ke safan, yaitu dunia roh, kalau tidak dibalaskan dendamnya kepada pihak yang membunuh.

2. Salah satu unsur penting dari sebuah ritual.

3.Pengukuhan (inisiasi) seorang pemuda menjadi seorang dewasa.

Baca Juga: Lambat Laun Kekuatan KKB Papua Semakin Berkurang, TNI Terima Penyerahan Senjata Api Lagi Bersama Anggota yang Tobat Kembali ke NKRI

4. Prestise

5. Untuk menarik perhatian wanita.

Sekarang, bahkan sejak 1970-an sudah tidak ada lagi pengayauan di Papua, khususnya di Asmat.

Baca Juga: Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, Mantan Anggota KKB Papua Ini Bocorkan Kondisi Mereka di Hutan, 'Saya Capek,Tinggal di Gunung, dan Susah Cari Makan'

(*)