Intisari-Online.com - Israel vs Iran akan terus terjadi di masa depan.
Hal ini setelahPerdana Menteri IsraelNaftali Bennett meminta Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk terus melawan Iran.
Israel vs Iran ini khususnya terkait program pembatasan senjata nuklir negara Timur Tengah itu.
Dilansir daribbc.com pada Senin (21/6/2021),Naftali Bennett mengatakan rezim brutal Iran menginginkan senjata nuklir, walau mereka telah berulang kalimembantahnya.
Amerika Serikat (AS) sendiri telah menarik diri dari kesepakatan nuklir dibawah Presiden Donald Trump.
Akan tetapi di pemeritahan Joe Biden, hal itu masih bisa kembali bersatu.
Tentu sajaIsrael menentang kesepakatan itu.
Iran sendiri tak membalas pernyataan keras Israel.
Mereka malah memilih Ebrahim Raisi, hakim tinggi negara itu yang berpandangan ultra-konservatif, sebagai presiden baru pada hari Jumat kemari.
Diketahui Presiden terpilih - yang akan dilantik pada Agustus - berada di bawah sanksi AS dan telah dikaitkan dengan eksekusi tahanan politik di masa lalu.
Negosiator dari enam negara penandatangan - AS, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman - dan Iran telah mengadakan pembicaraan sejak April untuk menghidupkan kembali kesepakatan.
Tapi Iran, bagaimanapun, telah melanggar kesepakatan itu sejak AS secara sepihak meninggalkannya.
Mengapa Israel menentang kesepakatan itu?
Iran dan Israel telah lama berada dalam "perang bayangan".
Hal ini mengakibatkan kedua negara mengambil bagian dalam aksi balas dendam, tetapi sejauh ini keduanya menghindari konflik habis-habisan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei telah berulang kali menyerukan penghapusan negara Israel.
Tapi Israel membalas denganmelihat Iran sebagai ancaman besar dan telah berulang kali bersikeras bahwa mereka ingin mengembangkan senjata nuklir.
Perdana Menteri Bennett mengatakan bahwa negara Iran harus diserang karena merekamemiliki senjata pemusnah massal.
Akhir-akhir ini permusuhan antara kedua negara kembali meningkat.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan ilmuwan nuklir utamanya tahun lalu dan serangan terhadap salah satu pabrik pengayaan uraniumnya pada April.