Intisari-online.com -Senjata api yang dipakai salah satu kelompok pemberontak di Indonesia KKB Papua terbilang canggih dan bagus.
Menjadi pertanyaan yang serius, bagaimana cara KKB Papua mendapatkan dana untuk mendapatkan senjata.
Selain mencuri dari TNI-Polri, ternyata ada skema mengerikan yang melibatkan tambang-tambang emas di Papua.
Namun tambang emas yang dimaksud bukanlah tambang emas Freeport, melainkan tambang emas ilegal di Papua.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan bahwa dana KKB untuk membeli senjata berasal dari tambang emas ilegal di Paniai, Intan Jaya, dan sebagian Yahukimo.
Awalnya ia menduga dana berasal dari perampasan dana desa.
"Kalau Timika sidah jelas, makanya kita agak geser pendulang di situ agar tidak mendulang lagi," kata Fakhiri di Jayapura, Kamis (8/4/2021) dikutip dari Kompas.com
Salah satu penyebab tambang emas ilegal diperas KKB Papua adalah karena lokasinya yang jauh.
Akibatnya pengawasan dari aparat sangat sedikit.
"Wilayah pendulangan biasanya jauh dari pengawasan aparat. Ada (KKB) yang datang untuk mengambil upeti, ada juga yang mereka ikut dulang," ujar Fakhiri.
Sementara itu Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Papua Frets J Boray mengiyakan ada lokasi penambangan ilegal di empat kabupaten tersebut.
Pemerintah sulit menjangkau lokasi penambangan itu karena sangat jauh.
Bahkan sekedar penertiban pun sulit dilakukan.
"Kita sudah usulkan wilayahnya, sampai sekarang belum dikeluarkan izin oleh menteri (ESDM) supaya kita bisa pantau. Itu masih ilegal makanya kami tidak bisa bikin apa-apa," kata Frets saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (9/4/2021).
Sampai saat ini masih ada 6 KKB Papua yang masih aktif seperti dijelaskan oleh Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius D. Fakhiri dikutip dari Tribun Kaltim.
Sedangkan beberapa pimpinannya yang masih beroperasi yaitu Egianus Kogoya, Lekagak Telenggen, Sabinus Waker dan beberapa lainnya.
“Mereka masih aktif melakukan kekerasan bersenjata yang akhirnya menjadi teror bagi masyarakat,” imbuh Fakhiri, Minggu (2/5/2021).
“Dari kepolisian, dari yang sudah kami petakan, sebenarnya kelompok ini adalah kelompok yang besar, tapi yang aktif ada enam kelompok di Puncak, Intan Jaya dan Nduga," ujar Kapolda.
Fakhiri pun membeberkan sepak terjang masing-masing kelompok.
Pada 2021, KKB pimpinan Lekagak Telenggen menjadi kelompok yang paling aktif membuat "aksi kekerasan" di Kabupaten Puncak.
Kemudian KKB Pimpinan Sabinus Waker pada 2020 "sangat meresahkan" di Intan Jaya.
Selain itu, Fakhiri menyebut kelompok baru yang merupakan bagian dari kelompok Lekagak Telenggen yang mulai "aktif melakukan teror".
"Ada kelompok Lekagak Telenggen, Militer Murib, Sabinus Waker, ada kelompok Paniai, ada kelompok Ndugama Egianus Kogoya, dan ada sempalan-sempalan kelompok Lekagak yang sudah muncul," tutur perwira menengah Polri dengan tiga melati dipundaknya tersebut.
Selain enam kelompok tersebut, Fakhiri mengungkapkan sudah ada beberapa KKB yang sudah tidak aktif. Bahkan sudah ada yang telah kembali di tengah masyarakat.
"Ada kelompok lain yang kami syukuri sudah tenang, ada yang sudah kembali melakukan aktivitas sebagaimana masyarakat biasa," dia menjelaskan seperti dikutip dari Kompas.com.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini