Intisari-online.com -India telah lumpuh diserang oleh gelombang kedua Covid-19 dengan varian Delta yang membunuh sebagian besar penduduk India.
Namun keganasan Covid-19 di negara itu tidak berhenti di situ.
Bagaikan sebuah kutukan, kini nasib anak-anak kecil di India berada di antara hidup dan mati dengan ketidakpastian menunggu mereka.
Seperti cerita dari adik-adik Devika, wanita berumur 23 tahun ini.
Ia punya 6 adik yang ia rawat sendirian di Delhi setelah orang tuanya meninggal beberapa minggu lalu karena Covid-19.
Ia telah menjadi wakil bagi 5 adiknya berumur 4 sampai 14 tahun dan satu adiknya berumur 20 tahun sudah ia harapkan bisa mencari uang sendiri.
"Ketakutanku adalah apakah aku bisa mencintai mereka seperti Ibu dan Ayah atau tidak," ujar Devika dikutip dari CNN.
"Aku akan menghasilkan uang. Aku punya keyakinan pada diriku. Adikku juga akan menghasilkan uang, aku yakin padanya, tapi ketiadaan orang tua di usia ini sulit diisi, bagaimana kita mengisinya?" ujarnya.
Baca Juga: Baru Saja Kasus Covid-19 Turun Drastis, India Sudah Longgarkan Pembatasan dan Buka Mal
Adik-adik Devika adalah sedikit di antara 577 anak-anak India yang kehilangan kedua orang tuanya karena Covid-19 antara 1 April dan 25 Mei, ketika India lumpuh melawan gelombang kedua wabah virus Corona.
Namun organisasi swasta takut jika ada lebih banyak yatim piatu lagi yang tidak bisa dilacak pemerintah setelah mereka kehilangan ayah dan ibu mereka.
Orang tua Devika meninggal dalam jarak yang dekat, keduanya terkena Covid-19 akhir April lalu, karena ayah Devika adalah seorang pendeta Hindu yang bekerja di kuil dan kunjungi rumah-rumah untuk lakukan ritual.
Devika belum lulus kuliahnya, dan hanya bekerja paruh waktu menjadi guru les untuk menambah uang sakunya.
Semua berubah setelah orang tuanya meninggal, ia mengambil pinjaman untuk membayar perawatan orang tuanya di rumah sakit, dan uang itu sekarang yang membantu kehidupan sehari-hari mereka.
Ia menyeimbangkan merawat adik-adiknya dengan beban kuliahnya dan pekerjaan paruh waktunya.
Keluarga itu mendapatkan bantuan dari LSM Prayaas dan Childline sehingga Devika jadi yang mengurusnya.
Ia tidak sempat berduka, hanya terus tunjukkan sosok yang kuat untuk adik-adiknya.
Bagi layanan bantuan anak kecil, kasus lebih buruk dari yang dialami adik-adik Devika jauh lebih banyak.
Mereka mencari anak kecil yang memerlukan bantuan mereka, dan mencari lewat media sosial, rumor serta panggilan ke Childline, badan bentukan Kementerian Wanita dan Anak sebelum Covid-19.
Sulit lagi mencari anak-anak kecil yang tinggal di pedesaan karena tidak ada akses internet dan jaringan aman hanya sedikit, ujar kepala eksekutif Save the Children India, Sudarshan Suchi.
"Yang tidak kami ketahui keberadaannya membuatku khawatir," ujar Suchi.
Mereka juga harus berjibaku dengan pembatasan pergerakan, informasi salah dan rasa takut masyarakat terhadap Covid-19.
Contohnya, staf Save the Children temukan 2 anak kecil, ayah meninggal di RS dan ibunya meninggal di rumah, keduanya dari Covid-19.
Kedua anak tersebut dicurigai mengidap Covid-19, sehingga tetangga menghindari membantu mereka, dan anak-anak kecil itu tidak bisa menggunakan kamar mandi umum.
"Jika sebelumnya gempa atau banjir serang desa kecil, semuanya bersatu dan temukan cara menyelamatkan diri.
"Ketika Covid-19 datang, hal pertama yang dipikirkan orang-orang adalah menjauh," ujar Sachi.
"Ini merupakan hantu tidak terlihat. Orang-orang yang masih menjaga tradisi menyembah arwah khawatir dengan hal seperti ini."
Ada anak kecil yang beruntung bisa diadopsi oleh keluarga lain.
Namun banyak dari mereka yang terlibat dalam kehidupan jalanan atau dijual.
Selain anak-anak yang orang tuanya meninggal, banyak anak-anak kecil kehilangan rumah mereka karena dibuang orang tuanya setelah mereka kehilangan pekerjaan.
"Sebelum pandemi, di bawah keadaan normal, lebih dari 2 juta anak tinggal di jalanan," ujar Suchi.
Pemerintah India telah memberikan bantuan finansial untuk anak-anak yatim piatu karen Covid-19, dengan pendidikan gratis dan dana pribadi 13,732 Dolar untuk diberikan sebagai bantuan bulanan dalam 5 tahun mencapai umur 18 tahun.
Penyelamatan anak-anak kecil ini disebut Suchi perlu dilakukan dengan cepat.
Pasalnya, mereka-lah generasi selanjutnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini