Intisari-Online.com - China tak akan berhenti melakukan berbagai upaya agar Taiwan kembali dalam kekuasaannya.
Seperti diketahui, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan ingin merdeka dan mengurusi urusannya sendiri.
Hal itu pun membuat China berang dan jika perlu menggunakan cara kekerasan untuk membuat Taiwan tunduk.
Baru-baru ini, militer China telah merilis serangkaian gambar dan video yang menunjukkan pasukan siap tempur dalam latihan.
Hal itu sebagai bagian dari upaya propaganda baru yang ditujukan ke Taiwan.
Melansir Newsweek, Kamis (10/6/2021), artikel-artikel yang diterbitkan oleh kelompok informasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Grup ke-80 memuat peringatan keras untuk "pemisah" dan poster bertuliskan "bersiaplah untuk perang."
Materi kampanye dibagikan secara luas pada hari Rabu oleh pengguna di layanan media sosial populer China, Weibo dan WeChat.
Prajurit Angkatan Darat Grup ke-80, yang ditempatkan di provinsi Shandong pesisir China, juga terlihat mengambil bagian dalam upacara pengambilan sumpah brigade.
Gambar menunjukkan tentara berseragam berbaris sambil membawa senjata api.
Brigade bersumpah untuk "mematuhi semua perintah" dan "tidak takut pada tantangan."
Selain itu mereka juga berkomitmen untuk "memperjuangkan martabat tanpa takut mati," menurut literatur propaganda.
Di antara unggahan media sosial yang disiapkan oleh Departemen Pekerjaan Politik Angkatan Darat ke-80, adalah video musik yang diproduksi oleh Voice of the Strait, kumpulan lima stasiun radio PLA yang berbasis di Fuzhou, provinsi Fujian, yang disiarkan secara khusus untuk pendengar di Taiwan.
Departemen tersebut adalah yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan intelijen dan operasi pengaruh.
Video musik berjudul "Ingin menjadi seorang pemecah belah? Dengarkan di sini!" termasuk rekaman infanteri, tank dan roket yang meledak.
Pertunjukan itu dilakukan dalam bahasa Mandarin dan dialek Min Selatan, keduanya digunakan secara luas di Taiwan, yang diklaim oleh pemerintah China sebagai bagian dari wilayahnya.
Namun, dorongan propaganda yang diarahkan sebaliknya mungkin tidak melibatkan warga Taiwan sebagai audiens utamanya.