Intisari-Online.com - Pablo Escobar dikenal sebagai sosok yang sangat kontroversial.
Ia merupakan bandar narkoba terbesar di dunia, menguasai hingga 80 persen perdagangan narkoba global ketika berada di puncak kariernya.
Di sisi lain, ia pun dijuluki sebagai 'Robin Hood dari Kolombia', ini karena sepak terjangnya memberikan berbagai bantuan sosial, khususnya untuk masyarakat miskin Kolombia.
Pablo Escobar banyak mendonorkan uangnya untuk berbagai kepentingan sosial, seperti pembangunan gereja, sekolah, perumahan orang miskin, hingga lapangan sepak bola.
Ia juga disebut kerap membagi-bagikan uang di setiap kesempatannya bertemu masyarakat kelas bawah.
Sementara dalam kehidupan percintaan dan rumah tangganya, Pablo Escobar dikenal dengan banyak perselingkuhan, dan menikahi wanita yang jauh lebih muda darinya.
Hidup Pablo Escobar berakhir di tangan Polisi Nasional Kolombia dalam baku tembak di atap Medellin pada bulan Desember 1993.
Namun sebelum tewas oleh peluru yang menembus kepalanya itu, ternyata sekelompok tentara bayaran pernah dikerahkan untuk membunuhnya.
'Episode' pengejaran Pablo Escobar oleh tentara bayaran dikisahkan dalam sebuah film berjudul 'Killing Escobar'.
Kisah hidup Pablo Escobar yang begitu menarik memang membuatnya banyak diminati untuk diangkat menjadi sebuah film.
'Killing Escobar' bercerita tentang sebuah tim tentara bayaran Inggris, yang dipimpin oleh orang Skotlandia Peter McAleese.
Mereka melakukan perjalanan ke kerajaan kriminal orang paling berbahaya di dunia itu untuk membunuhnya.
McAleese merupakan mantan anggota SAS yang oleh kartel Kolombia saingan Pablo Escobar untuk mengalahkan bandar narkoba terbesar itu.
Dalam film dokumenter "Killing Escobar", yang rilis pada awal 2021 ini dikisahkan bagaimana kelompok tentara bayaran pimpinan McAleese yang akhirnya gagal menyelesaikan misinya.
Meski berfokus pada sosok McAleese, bagaimana pun ini merupakan salah satu film yang menceritakan tentang Pablo Escobar.
Melansir bbc.com(!2/3/2021), pembuat film David Whitney mengatakan McAleese, yang lahir di Glasgow pada tahun 1942, adalah "pria kompleks" yang memiliki banyak "kekacauan batin".
Baca Juga: Pancasila sebagai Sistem Etika Membentuk Perilaku Manusia Indonesia dalam Segala Aspek
Dia dibesarkan di Rindrie, di pinggiran kota terbesar di Skotlandia, dan di bawah bayang-bayang penjara Barlinnie yang terkenal.
Itu merupakan kampung halaman ayahnya, seorang pria yang sangat tangguh dan kejam.
Dalam film tersebut, McAleese, yang kini berusia 78 tahun, mengatakan: "Saya dilatih untuk membunuh oleh Angkatan Darat tetapi naluri bertarung datang dari Glasgow."
McAleese mengatakan dia meninggalkan rumah dan bergabung dengan Angkatan Darat pada usia 17 tahun untuk menemukan cara menyalurkan agresinya.
Baca Juga: Profil Stadion Euro 2020: KisahHampden Park, Stadion yang Berusia 118 Tahun
Dia mendaftar di Resimen Parasut dan kemudian menjadi anggota elit 22 Resimen SAS.
Selanjutnya bertugas di Kalimantan dengan SAS, bertempur dalam perang hutan yang ganas, sebelum meninggalkan Angkatan Darat Inggris pada tahun 1969.
Keputusan itu digambarkannya sebagai hal terburuk yang pernah dia lakukan.
Setelah keluar dari SAS, McAleese berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang "tidak cocok".
Dia mengatakan dia merasa tersesat dan agresinya menjadi lebih buruk sampai dia dikirim ke penjara karena menyerang seorang pacar.
Pada pembebasannya, McAleese berusaha untuk kembali pada karir militernya dengan bertindakan sebagai "tentara bayaran" dalam Perang Saudara Angola dan kemudian di Rhodesia (sekarang Zimbabwe), serta Afrika Selatan.
Dari perjalanannya di Angola pada tahun 1976, dia bertemu Dave Tomkins, yang mana bukanlah seorang tentara biasa.
Tomkins tahu bagaimana membuat kesepakatan dan memasok senjata.
Saat itu Tomkins mendekati McAleese untuk merekrutnya dalam sebuah misi membunuh Escobar.
Baca Juga: Profil Stadion Euro 2020: KisahHampden Park, Stadion yang Berusia 118 Tahun
Jorge Salcedo, adalah sosok di balik serangan terhadap Pablo Escobar, ia mengoordinasikan serangan itu dan merekrut Tomkins sebagai tim pelaksananya.
Salcedo sendiri merupakan bagian dari geng narkoba Kolombia, Kartel Cali, saingan kartel Pablo Escobar.
Sementara McAleese adalah orang pertama yang direkrut Tomkins.
Kemudian, Tomkins merekrut tim yang terdiri dari 12 tentara bayaran, orang-orang yang pernah bekerja dengannya sebelumnya atau yang telah direkomendasikan.
Mereka dibantu melalui bea cukai oleh Jorge Salcedo dan kartel Cali membiayai masa tinggal mereka.
Masing-masing orang mendapat $5.000 sebulan ditambah pengeluaran, sementara Tomkins mendapat $1.000 per hari.
Kartel Cali yakin bahwa Escobar dapat dibunuh ketika dia pergi ke peternakan mewahnya di Hacienda Napoles.
Kebutuhan perlengkapan untuk memburu Pablo Escobar pun difasilitasi.
Film ini memiliki akses ke cuplikan video yang diambil oleh Tomkins yang mencakup orang-orang yang bermain dengan banyak uang.
"Rasanya seperti Natal," kata McAleese. "Semua yang kami butuhkan dari segi senjata ada di sana."
Dalam misi itu, para tentara bayaran berlatih keras untuk kesuksesan mereka, tetapi hanya Tomkins dan McAleese yang tahu siapa targetnya.
Rencana penyerangan melibatkan dua helikopter yang terbang ke kompleks di Hacienda Napoles.
Ketika mereka mendengar dari seorang informan bahwa Escobar berada di peternakannya, mereka berangkat ke sasaran.
Tapi, pada akhirnya serangan itu tidak pernah terjadi dan Pablo Escobar masih terus hidup bertahun-tahun kemudian.
Apa yang menggalkan misi tentara bayaran itu adalah sebuah kecelakaan.
Helikopter yang membawa McAleese dan Tomkins jatuh saat terbang rendah menembus awan di atas Andes, menewaskan pilotnya.
Anggota lainnya selamat tetapi McAleese terluka terlalu parah untuk turun dari lereng gunung dan membuatnya berbaring selama tiga hari dalam rasa sakit yang luar biasa sampai dia diselamatkan.
(*)