Advertorial
Intisari-online.com - Belakangan isu akan terjadinya transisi kekuasan di Israel terus terdengar.
Hal itu terungkap setelah terjadinya gejolak politik, yang berambisi menggulingkan kekuatan politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang kini berkuasa.
Pada 2 Juni 2021, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid dari partai Yesh Atid, mengumumkan keberhasilan menciptakan koalisi penguasa baru.
Lapid setuju untuk membagi posisi Perdana Menteri Israel dengan politisi lain.
Dalam hal ini Naftali Bennett, dari partai Yamin, menurut NBC News, di masa depan Benett dan Lapid akan berkuasa masing-masing selama dua tahun.
Keduanya akan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dan tentunya berbeda juga dari Benjamin Netanyahu.
Benett lahir dari keluarga Yahudi yang bermigrasi dari AS ke Israel, dan menjabat sebagai koamando mayor.
Tokoh ini merupakan politisi sayap kanan yang mengejar nasionalisme agama.
Dia terkenal memiliki tujuan untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki Israel sejak 1967.
Berbeda dengan partai Yamina, partai Yesh Atid Pak Lapid mengikuti garis tengah.
Mengenai masalah Palestina, Lapid mendukung solusi "dua negara".
Tetapi menentang pembagian Yerusalem, yang dianggap Israel sebagai "ibu kota tak terpisahkan".
Dengan kata lain keduanya sama-sama menginginkan Yerusalem secara penuh.
Koalisi penguasa baru Israel tetap menjadi blok yang rapuh.
Persyaratan mendesak bagi pemerintahan baru adalah mengesampingkan konflik partai kecil agar ekonomi Israel pulih dari pandemi dan menyelesaikan konflik dengan Palestina.