Intisari-Online.com -Sebuah laporan Pew Research dari akhir 2020 menemukan bahwa dari 14 negara yang disurvei di seluruh Eropa, Amerika Utara, dan Asia Timur, masing-masing memiliki pandangan negatif mayoritas terhadap China.
Sebagian dari masalah citra Beijing berasal dari pandemi Covid-19, termasuk tuduhan kepada Beijing menutupi wabah asli di Wuhan pada Desember 2019, yang berpotensi memperburuk penyebaran virus secara global.
Adapun memburuknya pendapat tentang China, disebut sudah terasa sebelum pandemi.
Sebagian besar akibat cara diplomasi "prajurit serigala" negara itu.
Kebijakan luar negeri yang agresif ini pertama kali mulai terlihat pada 2019.
Tepatnya ketika para diplomat tinggi China mulai secara agresif menyinggung dugaan penghinaan terhadap China dalam konferensi pers atau di media sosial.
Pada Juli 2019, Zhao Lijian, yang saat itu menjadi penasihat di kedutaan China di Pakistan, mulai mengutuk apa yang dia lihat sebagai kemunafikan Amerika Serikat (AS) atas hak asasi manusia (HAM).
Beijing mulai menyorot masalah Washington sendiri dengan masalah rasisal, ketidaksetaraan pendapatan, dan kekerasan senjata.
CNN mewartakan adanya laporan kegelisahan atas “prajurit serigala” (wolf warior) di dalam komunitas diplomatik China.
Baru-baru ini Presiden China, Xi Jinping menyatakan keinginannya agar China belajar bagaimana berteman dan memengaruhi pihak lain.
Berbicara pada sesi studi untuk kepemimpinan puncak Partai Komunis China pada Senin (31/5/2021), Presiden China mengatakan penting bagi negara untuk menceritakan kisahnya dengan cara yang positif.
Tujuannya untuk “menghadirkan citra ‘China yang kredibel, menyenangkan, dan terhormat’,” menurut kantor berita pemerintah Xinhua.
Dia menambahkan bahwa organisasi propaganda Partai perlu menjelaskan kepada dunia bahwa Beijing tidak menginginkan apa pun selain kesejahteraan rakyat China.
CNN dalam laporannya Rabu (2/6/2021) melihat visi Xi masuk akal. Pasalnya sejak mengambil alih kekuasaan pada 2012, ia telah mendorong China mengambil peran yang lebih besar dalam urusan global.
Tapi, selain Rusia dan Pakistan, China memiliki sedikit hubungan diplomatik yang kuat dengan negara-negara besar dunia.
Di sisi lain, Xi juga tidak menyinggung kondisi saat ini, di mana negaranya memiliki masalah yang besar terkait citra di banyak bagian dunia.
Tetapi untuk saat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa Zhao atau rekan-rekannya dikekang. Terutama ketika pendekatan mereka begitu populer di kalangan penonton domestik.
Setelah diplomat top China Yang Jiechi mengatakan kepada rekan-rekannya di AS pada Maret bahwa Washington "tidak memiliki kualifikasi untuk berbicara dengan China," slogannya dengan cepat dicetak pada T-shirt yang dijual di Beijing dan kota-kota lain.
Xi mungkin ingin China mengulurkan tangan persahabatan ke dunia. Tetapi dengan “prajurit serigala” Kementerian Luar Negeri China melolong di belakangnya, banyak negara mungkin enggan mengambil kesempatan.