Intisari-online.com - Saat ini Malaysia menjadi sorotan karena lonjakan kasus Covid-19 yang merebak di negeri jiran.
Kementerian Kesehatan Malaysia, memproyeksikan kasus Covid-19 bisa mencapai 13.000 kasus hingga 14 Juni.
Ini bisa terjadi jika masyarakay Malaysia tidak mematuhi protokol kesehatan, dan pencegahan.
Jumlah kasus Covid-19 memang telah mengalami tren peningkatan sejak April 2021.
Jumlah infeksi Covid-19 sempat meroket pada 29 Mei dengan rekor 9.020 kasus hanya dalam satu hari saja.
Jumlahnya naik turun, dan terakhir pada 1 Juni dilaporkan ada 7.105 kasus baru Covid-19, dengan total 579.000.
Dalam situasi darurat ini Malaysia melakukan blokade atau lockdown nasional secaara ketat.
Namun, ketika situasai sedang kritis, Malaysia malah mendapat masalah dari gangguang pesawat militer China.
Menurut Reuters, Selasa (1/6/21), Royal Malaysia Air Force, mengatakan ada 16 pesawat angkut militer China mendekat ke wilayahnya.
Hal itu meresahkan Malaysia, dan diduga China memiliki aktivitas mencurigakan di Laut China Selatan.
Reuters melaporkan bahwa Angkatan Udara Malaysia (RMAF) pada 31 Mei harus mengirim jet tempur Hawk 208 dari Pangkalan Udara Labuan.
Untuk melacak dan mencegat pesawat China, sekitar 60 mil laut di lepas pantai negara bagian Sarawak.
Ini termasuk Ilyushin il-76 dan Xian Y-20, bergerak dalam formasi taktis di ketinggian 7-8,2 km.
"Pesawat China tidak menghubungi stasiun kontrol lalu lintas udara regional meskipun ada instruksi berulang," kata RMAF.
"Insiden ini merupakan ancaman serius bagi kedaulatan nasional dan keselamatan penerbangan," kata RMAF.
Pusat pertahanan udara RMAF mendeteksi pesawat China pertama pada pukul 11:53 pada tanggal 31 Mei (waktu setempat).
Kedutaan China di Kuala Lumpur tidak berkomentar ketika dihubungi oleh Reuters.
Di jejaring sosial, pengamat mengkritik tindakan China karena terjadi sebelum Malaysia akan memberlakukan blokade total terhadap negara itu karena wabah Covid-19 Senin (1/6).
"Beijing sepenuhnya memahami situasi yang dihadapi Malaysia, termasuk blokade total terbaru," tulis analis keamanan maritim yang berbasis di Singapura Collin Koh di Twitter.
Tahun lalu, kapal survei geologi China Haiyang Dizhi 8 dituduh mengikuti kapal eksplorasi minyak West Capella dari perusahaan minyak Petronas (Malaysia) yang beroperasi di Laut Timur.
Data dari Marine Traffic, situs web yang mengkhususkan diri dalam pelacakan kapal, menunjukkan bahwaDizhi 8 terletak sekitar 324 km dari pantai Malaysia pada 16 April 2020.
Sehari kemudian,Dizhi 8 mendekati West Capella.