Penulis
Intisari-online.com - Media China belakangan dibuat marah Amerika karena tuduhan AS soal asal-usul Covid-19.
Menurut penyelidikan intelijen AS, ada dugaan Covid-19 berasal dari kebocoran laboratoirium di Wuhan.
Intelijen AS juga menyodorkan beberapa bukti tentang virus misterius yang menyerang beberapa peneliti di Wuhan sebelum pandemi Covid-19 menyebar di China.
Hal itu membuat marah beberapa media China, seperti Global Times, anak perusahaan dari People's Daily.
Media tersebut dikenal sebagai corong Partai Komunis China, yang baru-baru ini menerbitkan editorial yang mengkritik AS, karena menyalahgunakan badan intelijennya.
Global Times mengatakan bahwa asal-usul Covid-19 tidaklah realistis.
Mengacu pada permintaan Presiden Joe Biden untuk menyelidiki asal-usul Covid-19 dalam waktu 90 hari.
Surat kabar China menekankan kesimpulan dari penyelidikan yang diumumkan pada bulan Maret oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Intelijen AS tidak dapat memiliki kapasitas yang lebih tinggi dari WHO," tulis Global.
Surat kabar China itu mengkritik AS karena "menempatkan tekanan politik di sisi ilmiah".
Global Times menyebutkan bahwa Central Intelligence Agency (CIA) AS dan badan intelijen AS lainnya telah membuat bukti palsu.
Termasuk kesimpulan bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal (WMD) untuk mendeteksi perang pada tahun 2003.
Surat kabar China itu mengingat kisah Menteri Luar Negeri AS saat itu Colin Powell memegang sebotol bubuk putih di PBB, untuk menekankan ancaman Irak memiliki senjata biologis.
"Peristiwa itu memberi kesan mendalam pada opini dunia," tulis media China tersebut.
"Badan intelijen AS telah kehilangan kredibilitas sejak awal penyelidikannya terhadap asal usul Covid-19," jelasnya.
Pada Maret 2003, pasukan AS menginvasi Irak dengan tujuan menghancurkan WMD dan menggulingkan Presiden Saddam Hussein.
Setahun kemudian, David Kay, kepala misi inspeksi senjata AS, mengatakan kepada Kongres, "Kami sepenuhnya salah."
Sebuah laporan yang dirilis pada Maret 2005 menegaskan bahwa Irak tidak memiliki senjata pemusnah massal dan bahwa intelijen sebelum perang itu menyesatkan.
Menurut media China, AS "menyalahgunakan soft power", mencoba menyalahkan negara itu atas pandemi Covid-19.