Inilah Yasser Arafat, Tokoh Perdamaian untuk Pembebasan Tanah Palestina, Kematiannya Karena Racun?

K. Tatik Wardayati

Editor

Yasser Arafat
Yasser Arafat

Intisari-Online.com – Inilah Yasser Arafat, tokoh perdamaian untuk pembebasan tanah Palestina dari konflik Israel, benarkah kematiannya karena racun?

Hingga menjelang kematiannya pada 2004, sejak 1969 Yasser Arafat adalah Ketua Organisasi Pembebasan Palestina.

Yasser Arafat adalah tokoh dunia yang telah melalui periode penuh gejolak konflik Israel dan Palestina, di mana bentrokan sering terjadi.

Pada tahun 1929, Yasser Arafat lahir di Kairo.

Baca Juga: 'Warga China Terbiasa dengan Sosok Arafat di TV Mereka dengan Sorban Khasnya' Kala Persahabatan Indah Palestina-China Bisa Beri Palestina Senjata-senjata Mematikan untuk Lawan Israel

Ia diangkat menjadi ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), empat puluh tahun kemudian.

Sejak itulah, ia berada di garis depan mewakili Palestina dalam perselisihan dengan Israel selama bertahun-tahun.

Mulai dari sengketa perbatasan, gerakan pembebasan Palestina, hingga upaya mencapai perjanjian damai.

Pada tahun 1991, Arafat menandatangani pakta dengan Israel di Konferensi Madrid.

Baca Juga: Inilah Sepak Terjang Yasser Arafat, Pejuang Palestina Legendaris yang Berbahaya Bagi Negeri Yahudi, Pernah Memukul Mundur Pasukan Israel

Bersama dengan para pemimpin Israel, melakukan upaya untuk perdamaian abadi segera setelah itu, terutama melalui Kesepakatan Oslo (1993) dan KTT Camp David 2000.

Arafat dan Yitzhak Rabin serta Shimon Peres dari Israel, melalui Perjanjian Oslo, membentuk kesepakatan perdamaian bersama, namun syarat yang ditetapkan tidak pernah diterapkan.

Arafat menyerahkan jabatannya sebagai ketua PLO pada tahun 2003 dan akhirnya meninggal di Paris pada 2004.

Para peneliti Swiss pada tahun 2013, merilis laporan yang berisi bukti bahwa kematiannya akibat keracunan.

Dimulai dari remaja

Ibunya meninggal ketika Yasser Arafat berumur 4 tahun dan kemudian dia diasuh oleh paman dari ibunya di Yerusalem, demikian tercatat dalam Biography.

Arafat kembali ke Kairo untuk tinggal bersama ayahnya setelah 4 tahun tinggal di Yerusalem.

Namun, keduanya tidak pernah memiliki hubungan dekat.

Ayahnya meninggal pada tahun 1952, tapi menurut catatan biografinya, ia tidak hadir di pemakaman.

Baca Juga: Kepalanya Dihargai Sangat Mahal oleh Yasser Arafat dan Muammar Gaddafi, Inilah Ion Mihai Pacepa, Pembelot 'Terbesar' Sepanjang Sejarah Dunia

Yasser Arafat
Yasser Arafat

Arafat yang berada di Kairo, saat masih remaja, mulai menyelundupkan senjata ke Palestina untuk digunakan melawan orang-orang Yahudi dan Inggris yang mengambil peran administratif di tanah Palestina.

Hingga kemudian peran perlawanan itu ia jalani seumur hidupnya.

Saat itu, Arafat yang menempuh pendidikan di Universitas Faud I (sekarang Universitas Kairo), memutuskan untuk bergabung dengan pasukan tanah air melawan orang-orang Yahudi dalam Perang Arab-Irael pada tahun 1948.

Kaum Yahudi Israel memenangkan peperangan itu dan kemudian menjadi cikal bakal berdirinya negara Israel.

Fatah

Arafat dan beberapa rekannya mendirikan Al-Fatah, pada tahun 1958, yaitu jaringan bawah tanah yang mendorong perlawanan bersenjata melawan Israel di tanah air mereka.

Arafat kemudian meninggalkan Kuwait pada pertengahan 1960-an, untuk menjadi revolusioner penuh waktu dan melancarkan serangan ke Israel.

Menandai berdirinya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada tahun 1964, yang menyatukan sejumlah kelompok yang bekerja menuju negara Palestina merdeka.

Perang Enam Hari meletus tiga tahun kemudian, antara Israel dan negara-negara Arab.

Baca Juga: Salah Satunya Pernah Bersekongkol dengan Yasser Arafat dalam Rencana Pembunuhan Tingkat Tinggi, Inilah 3 Dinas Intelijen Mematikan Besutan Uni Soviet

Sekali lagi, Israel menang.

Fatah masuk ke dalam PLO pada 1969 dan menjadi fraksi terbesar, ketika Arafat menjabat sebagai ketua Komite Eksekutif PLO.

Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)

PLO terus dikembangkan oleh Arafat dengan peningkatan perannya di sana.

Dari Palestina ke Yordania, Arafat menggerakkan operasi PLO.

Hingga ia akhirnya diusir oleh Raja Hussein, ia pun memindahkannya ke Lebanon.

Pemboman, penembakan, dan pembunuhan yang digerakkan oleh PLO terhadap Israel, menjadi hal biasa, baik secara lokal maupun regional.

Termasuk pembunuhan atlet Israel pada 1972 di Olimpiade Munich.

PLO kemudian juga diusir dari Lebanon pada awal tahun 1980-an.

Baca Juga: Yasser Arafat, Pejuang Palestina yang Legendaris dan Pernah Memukul Mundur Pasukan Israel

Setelah itu, Arafat pun meluncurkan gerakan protes, intifada, terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Intifada ditandai dengan kekerasan terus-menerus di jalan-jalan dengan pembalasan Israel.

Menandai perubahan bagi arafat dan PLO, pada 1988, dia berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat dapat hidup bersama dalam damai.

Proses perdamaian yang dihasilkan mengarah pada Perjanjian Oslo 1993, yang memungkinkan berdirinya pemerintahan sendiri Palestina dan pemilihan umum di wilayah Palestina.

Pada 1994, Arafat dan Shimon Peres serta Yitzhak Rabin dari Israel, menerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian.

Pada tahun berikutnya, mereka menandatangani perjanjian baru, Oslo II, yang meletakkan dasar untuk serangkaian perjanjian damai antara PLO dan Israel, termasuk Hebron Protocol (1997), Wye River Memorandum (1998), Camp David Accords (2000) dan "roadmap for peace" (2002).

Jabat Tangan Yitzhak Rabin - Yasser Arafat (13 September 1993)
Jabat Tangan Yitzhak Rabin - Yasser Arafat (13 September 1993)

Sayangnya, perdamaian selalu sulit direalisasikan, terlepas dari perjanjian dan rencana terbaik antara kedua pihak.

Ditambah lagi, terjadinya intifada pada 2000 dan serangan teroris pada 11 September 2001.

Arafat sendiri sempat dikurung oleh Israel di markasnya di Ramallah.

Baca Juga: Netanyahu dan Serangan Israel Bebaskan Sandera dari Teroris di Entebbe

Pada Oktober 2004, Arafat jatuh sakit dengan gejala, seperti flu dan situasinya memburuk.

Arafat lalu dibawa ke rumah sakit di Paris, Perancis untuk mendapatkan perawatan medis.

Tepatnya 11 November 2004, dia meninggal di Paris.

Bertahun-tahun setelah kematiannya, teori konspirasi tentang penyebab sebenarnya dari kematian Arafat telah berkembang, banyak yang menganggap Israel yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Pada November 2013, para peneliti di Swiss merilis laporan yang mengungkapkan bahwa tes yang dilakukan pada jenazah Arafat dan beberapa barang miliknya mendukung teori bahwa mendiang pemimpin Mesir itu diracuni.

Dari laporan tersebut menunjukkan bahwa polonium radioaktif, zat yang sangat beracun, telah digunakan dan menjadi penyebab kematiannya.

Suha Arafat, janda Yasser Arafat, mendukung temuan tersebut dalam wawancara media sebagai bukti pembunuhan Arafat.

Namun, otoritas lain, termasuk tim investigasi medis Rusia yang dipanggil untuk kasus tersebut, menyatakan bahwa mereka yakin Arafat meninggal karena sebab yang alami. (Shintaloka Pradita Sicca)

Baca Juga: Unggul Telak dengan Peralatan Perang Canggihnya, Nayatanya Pertempuran Israel-Palestina, Justru Mempermalukan Israel dan Pendukung Zionis Arabnya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait