Rupanya kehebatan dan ketenaran dr Kwa tidak hanya dikenal di Batavia saja, tetapi juga sampai ke daerah lain, seperti Serang dan Cirebon.
Maka beliau pun mengobati pasien di mana pun berada, sejauh yang bisa dicapainya. Tak jarang, ia harus tidur di dalam mobil.
Dari geotimes, didapat juga keterangan bahwa pemilik balsem Cap Macan, Auw Boen Hauw, harus merayu Dr Kwa Tjoan Sioe, sebagai pendiri R.S Jang Seng Ie (Husada) agar mau menerima sumbangan darinya. Dr Kwa, mulanya menolak, tapi akhirnya setuju.
Ketika Auw Boen Hauw memberikan pandangan, bahwa dengan menerima sumbangannya, maka Dr Kwa dapat membangun paviliun, agar orang kaya dapat datang dan mau berobat di rumahsakitnya.
Lalu uang biaya pengobatan dari orang-orang kaya tersebut dapat dipakai untuk mengobati lebih banyak lagi orang-orang miskin.
Keterangan tersebut merupakan informasi yang disampaikan langsung oleh Ibu Myra Sidharta, tokoh senior peneliti Peranakan Tionghoa di Indonesia.
Diperkuat oleh keterangan dari buku karangan Prof Leo Suryadinata yang berjudul Prominent Indonesian Chinese.
Demikianlah, meskipun rumah sakit ini telah berganti nama, tidak sedikitnya masyarakat sekitar yang paham sejarah masih menyebut Rumah Sakit Husada dengan nama Rumah Sakit Jang Seng Ie.
Paling tidak, Rumah Sakit Husada telah tercatat sebagai rumah sakit swasta percontohan untuk 16 pelayanan, yang meliputi: pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis. pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan radiologi, pelayanan gizi, pelayanan intensif, pelayanan medik, pelayanan farmasi, pelayanan pengendali infeksi, pelayanan rehabilitasi medik, keselamatan kecelakaan kerja (K3), pelayanan perintal resiko tinggi (PERISTI), pelayanan darah, pelayanan laboratorium dan masih banyak lagi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR