"Saya belum siap," tulisnya dalam bukunya.
“Saya belum merasakan hasrat seksual. Saya tidak memiliki alat untuk memahami apa arti kontak yang intens dan intim itu."
Baca Juga: Selama Pemerintahan Gus Dur Hubungan Israel-Indonesia Pernah Mencapai Titik Hangatnya
Tiga minggu kemudian, Victoria mulai merasa "aneh". Dan Pablo yang curiga kekasihnya hamil, membawanya ke sebuah rumah di pinggiran kota Medellin yang dilanda kemiskinan.
Tanpa Victoria tahu apa yang sedang terjadi, seorang wanita menyuruhnya untuk berbaring. Wanita itu kemudian memasukkan beberapa tabung ke dalam rahimnya, menyuruh Victoria remaja untuk melepaskannya ketika dia mulai berdarah.
Akibatnya, selama beberapa hari berikutnya dia berbaring di tempat tidur, lumpuh karena sakit perut dan mengeluarkan banyak darah.
Belakangan, Victoria baru menyadari bahwa itu adalah sebuah tindakan aborsi.
Baca Juga: Ini Caranya Atasi Migrain dengan Ketumbar, Simak Cara Membuatnya
Mengalami kekerasan seksual yang demikian, Victoria yang sangat mencintai Escobar, terlebih ia masih gadis remaja saat itu, tetap bersedia menikah dengan pria tersebut.
Bahkan, saking tergila-gilanya, dia siap untuk menentang orang tuanya, melarikan diri dan kemudian menjalani kehidupan cinta dan rumah tangga yang gelap.
Pada 29 Maret 1976, pasangan itu diam-diam menikah di gereja Santisima Trinidad di Palmira di depan nenek dan bibi Victoria.
Malam itu, Pablo menggendongnya melintasi teras yang dipenuhi bunga ke sebuah ruangan yang disebutnya "sudut" untuk menyempurnakan pernikahan.
Baca Juga: Gerakan Intifada: Perlawanan Rakyat Palestina terhadap Israel yang Renggut Ribuan Nyawa
“Itu adalah malam cinta tak terlupakan yang tetap 'bertato di kulit saya' sebagai salah satu momen paling bahagia dalam hidup saya,” katanya.
"Saya ingin waktu untuk berdiri diam, agar keintiman yang kami nikmati bertahan selamanya."
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR