Sebagian besar alasannya adalah ketakutan hal ini bisa menyebabkan runtuhnya pemerintahan koalisi.
Kedua, tidak adanya konsensus antara dua partai politik terbesar, CNRT dan FRETILIN, atas prioritas nasional untuk perkembangan ekonomi.
Meski perkembangan di Timor Leste telah diatur oleh Rencana Perkembangan Strategi (SDP), CNRT dan FRETILIN masih kagok untuk mekanisme mengembangkan program seperti Pantai Selatan atau Proyek Tansi Mane.
Padahal keduanya menjadi bagian penting strategi perkembangan ekonomi nasional.
Tidak adanya kesepakatan dari dua partai penguasa menjadi penghambat dilaksanakannya inisatif-inisiatif penting.
Itulah sebabnya partai politik perlu memiliki diskusi terbuka dan mendalam mengenai viabilitas strategi perkembangan ekonomi kunci untuk merumuskan program nasional yang bisa diterima oleh semuanya.
Ketiga, tidak adanya insentif politik, setidaknya dalam jangka pendek, untuk mengembangkan sektor non-migas di ekonomi.
Sejauh ini memang uang hasil migas berhasil membuat Timor Leste mendanai proyek infrastruktur besar dalam waktu yang cepat, seperti digambarkan yaitu pembangunan jalan di sepanjang pantai selatan dan di Pelabuhan Teluk Tibar di pantai utara.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR