Intisari-online.com - Alat utama sistem pertahanan negara atau alutsista merupakan komponen utama dalam pertahanan militer.
Belakangan perlengkapan tempur Israel menjadi sorotan dunia karena ketegangan dengan Palestina yang terjadi baru-baru ini.
Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah sistem pertahanan udara Israel yang dikenal dengan Iron Dome.
Iron Dome berhasil menjadi pelindung rakyat Israel dari gempuran Hamas.
Baca Juga: Pengepungan Masada, Ketika Roma Hancurkan Israel dalam Sejarah Kuno
Menurut 24h.com.vn, pada Kamis (20/5/21), dalam konteks meningkatnya kekerasan antara pasukan Israel dan Hamas, di Jalur Gaza.
Sistem pertahanan udara Iron Dome, Israel ternyata mendapat dukungan dari militer Amerika.
Menurut laporan Fox News, ternyata ada campur tangan Amerika di balik sederet pernglengakapan militer canggih yang dimiliki Israel.
Di mana sebagian besar uang belanja militer Israel ternyata merupakan sumbangan dari Amerika.
Baca Juga: Dari Serangan Masjid Al Aqsa Hingga Gencatan Senjata, Ini Kronologi Konflik Israel dan Palestina
Dijelaskan bahwa kubah besi atau Iron Dome, digunakan Israel sejak 2011, merupakan bagian inegral dari pertahanan Israel selama konflik militer di jalur Gaza tahun 2012 dan 2014.
Meurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), AS mulai mendanai sistem Iron Dome Israel pada 20122, dan 55% komponennya diproduksi AS.
Menurut Fox News, Israel adalah penerima terbesar dari bantuan militer AS, dengan total sekitar 3,8 miliar dollar AS (Rp54 Triliun) setahun.
AS telah menyediakan 1,6 miliar dollar AS (Rp22 triliun) untuk sistem Iron Dome sejak sistem itu dioperasikan.
Sejak pembentukan negara Israel pada tahun 1948, Amerika Serikat telah memberi Israel 146 miliar dollar AS (Rp209 triliun) dalam pertahanan rudal dan hubungan pertahanan bilateral.
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menganggap Tel Aviv sebagai bagian integral dari kebijakan Timur Tengahnya.
Sejak konflik Israel-Hamas pecah, sistem Iron Dome Israel telah mencegat ribuan roket yang ditembakkan oleh pasukan Hamas dari Jalur Gaza.
Menurut militer Israel, sistem Iron Dome, garis pertahanan pertama Israel terhadap serangan roket, mencegat lebih dari 90% roket yang ditembakkan oleh pasukan Hamas.
Di tengah konflik yang meningkat, opini publik di AS telah meminta Presiden Joe Biden untuk mempertimbangkan dan menangguhkan dukungan militer kepada Israel.
Menurut kantor berita Reuters, sekelompok anggota parlemen Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat AS pada 19 Mei memperkenalkan resolusi yang berupaya memblokir penjualan senjata berpemandu presisi senilai 735 juta dollar AS (Rp10,5 triliun) ke Israel.
Ini dilihat sebagai respon simbolis atas konflik antara Israel dan Hamas, yang saat ini menguasai Jalur Gaza.
Alexandria Ocasio-Cortez,Mark Pocan dan Rashida Tlaib adalah anggota parlemen yang membuat proposal ini.
Pemerintahan Biden menyetujui potensi penjualan senjata senilai 735 juta dollar AS (Rp10.5 triliun) ke Israel awal tahun ini dan mengirimkan keputusan tersebut ke Kongres untuk ditinjau secara resmi pada 5 Mei.
"Pada saat banyak orang, termasuk Presiden Biden, mendukung gencatan senjata, kami seharusnya tidak mengirimkan senjata 'serangan langsung' kepada Perdana Menteri Netanyahu," kata Ocasio-Cortez.