Intisari-online.com -Dalam pernyataannya yang paling empatik sejak konflik bersenjata memanas di Timur Tengah, Presiden Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel (PM Israel) Benjamin Netanyahu, jika ia mengharapkan 'gencatan senjata signifikan' antara Israel dan militan Palestina, papar Gedung Putih.
Mengutip NBC News, Israel dan Hamas, kelompok militan Palestina yang memerintah Jalur Gaza, telah saling serang dengan serangan udara dan roket selama lebih dari seminggu.
Setidaknya 219 warga Palestina dan 12 warga Israel telah terbunuh.
Biden dan Netanyahu berbicara lewat telepon dan "memiliki diskusi detail atas apa yang terjadi di Gaza, kemajuan Israel untuk mengurangi kemampuan Hamas dan elemen teroris lain, serta upaya diplomasi yang berlangsung oleh pemerintah regional dan AS," seperti dijelaskan Gedung Putih.
"Presiden mendesak PM jika ia mengharapkan gencatan senjata signifikan menuju perdamaian," tambah Gedung Putih.
Namun, dalam pernyataan setelah telepon itu, Netanyahu berkata ia "berniat melanjutkan operasi sampai tujuannya tercapai: mencapai perdamaian dan keamanan bagi Anda, warga Israel."
Sampai Rabu malam, lebih dari 50 pesawat perang Israel menembakkan 120 rudal di Gaza, menarget sistem terowongan "metro" yang digunakan oleh Hamas.
Setidaknya 227 warga Palestina termasuk 64 anak-anak telah terbunuh dalam serangan Israel sejak akhir Senin, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Hamas, yang dicap teroris oleh Israel dan AS, meluncurkan lebih banyak roket ke Israel, menembakkan sekitar 50 lagi dalam 24 jam terakhir dan membawa total 4000 roket ditembakkan dalam pekan lalu, menurut militer Israel.
Sekitar 90% dari roket ini berhasil dicegat oleh sistem pertahanan rudal Israel atau Iron Dome, papar militer Israel.
Roket yang telah lewati sistem itu telah membunuh 12 warga Israel termasuk dua anak kecil, dan telah 'semarakkan' langit kota-kota seperti Tel Aviv dan mengirim penduduknya melarikan diri ke ruang bawah tanah.
Sementara itu, 4 roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel Rabu kemarin.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Pelindung Israel dari Hamas, Sebenarnya Bagaimana Cara Kerja Iron Dome?
Ketiga kalinya hal ini telah terjadi selama 2 minggu terakhir.
Satu roket berhasil dicegah, satu terjebak di tanah terbuka dan dua lainnya mendarat di laut.
Merespon hal itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembakkan peluru ke sejumlah target di dalam Lebanon.
Tembakan-tembakan serupa terjadi Senin kemarin.
Saling tembak paling baru terjadi setelah protes warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Selasa kemarin atas bombardir Israel di Jalur Gaza.
Pengunjuk rasa menggelar beberapa serangan di tengah baku tembak dengan pasukan keamanan Israel.
Baku tembak antara warga Palestina dan tentara Israel pecah di Ramallah, kota di Tepi Barat.
Dukungan untuk Hamas tidak bulat di sini, tapi beberapa melihatnya untuk menekan Israel atas masalah berkepanjangan terkait wilayah Palestina dan persamaan hak.
Baca Juga: Padahal Brutal, Ini Alasan Amerika Masih Mati-matian Dukung Israel Hancurkan Palestina
Ketegangan baru-baru ini dimulai pada 7 Mei ketika polisi Israel membombardir masjid Al-Aqsa di Yerusalem sementara umat Muslim Palestina sedang sholat tarawih di dalamnya selama bulan Ramadan kemarin.
Hamas merespon dengan menembakkan roket ke Israel, yang kemudian membalas lagi dengan kampanye pengeboman mereka sendiri.
Cara keluar dari kekerasan ini masih belum jelas.
Rabu kemarin, pemerintah Perancis, Mesir, dan Yordania memanggil semua pihak untuk sepakat dengan gencatan senjata dan memohon bekerja lewat Dewan Keamanan PBB untuk mencapainya.
"Tiga pemimpin menekankan mendesaknya memahami akar penyebab konflik Israel-Palestina dengan melanjutkan negosiasi efektif untuk mencapai perdamaian yang bertahan lama," ujar tiga negara itu dalam pernyataan gabungan.
"Ketiga pemimpin menekankan jika penyelesaian konflik Israel-Palestina berdasarkan solusi dua negara tetap sangat diperlukan untuk perdamaian yang komprehensif di kawasan itu."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini