Intisari-Online.com - Hari Kemerdekaan Timor Leste jatuh pada 28 November 1975.
Saat itu,Republik Demokratik Timor Leste atauRepublic Democratic of Timor-Leste diproklamasikan.
Namun untuk sampai ke sana, ada jalan panjang nan berlikuyang harus ditempuh warga Timor Leste.
Baca Juga: Hamas Belum Juga Binasa, Benjamin Netanyahu: Israel Akan Terus Menyerang Jalur Gaza
Bagaimana kisahnya?
Dilansir daritheguardian.com pada Senin (17/5/2021), sebelum lepas dari Indonesia,Timor Lesteratusan tahundijajah oleh Portugal.
Tapi pada bulan April 1974, mereka melepas Timor Leste.
Ini karenakudeta sayap kiri di Lisbon, Revolusi Bunga, yang menyebabkan Portugal membuat pos-pos kolonialnya terapung-apung.
Pada akhirnya, Portugal menarikpersonel administratif dan pasukan militernya.
Termasuk di Mozambik, Angola dan apa yang saat itu disebut Timor Portugis.
Setelah kepergian Portugis dan berpisah dengan Indonesia, pemilihan lokal diadakan di Timor Timur dan dua partai terbesar - Front Revolusi untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin) dan Uni Demokratik Timor (UDT) - membentuk koalisi.
Tetapi itu tidak berlangsung lama.
Pertempuran pecah, ada percobaan kudeta oleh UDT, dan kemudian Fretilin secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan pada 28 November 1975.
Bagaimana reaksi Indonesia?
Pasukan Indonesia diam-diam telah memulai serangan di seberang perbatasan dari Timor Barat Indonesia (di sisi lain pulau) pada bulan Oktober 1975, di mana lima jurnalis Australia tewas di kota Balibo.
Ini karena Indonesia takut akannegara komunisyang lokasinya benar-benar dekat dengan mereka.
Di sisi lain, hari kemerdekaan Timor Leste begitumengguncang seluruh nusantara.
Pada akhirnya, Indonesiameluncurkan invasi skala penuh ke Timor pada bulan Desember 1975.
Warga Timor Leste berontak. Karena sejak awal mereka tidak merasa menjadi bagian dari Indonesia.
Di mana mayoritas orang Timor Lorosa'e adalah penganut Katolik yang taat dan berbicara dalam bahasa mereka sendiri (bahasa Tetun).
Apa yang terjadi setelah invasi?
Pasukan Indonesia brutal. Sebanyak 200.000 orang diperkirakan tewas dalam pertempuran, pembantaian, dan kelaparan paksa.
Fretilin dan sayap bersenjatanya, Falintil, mundur ke pedalaman pulau bersama puluhan ribu penduduk sipil.
Diperkirakan 100.000 orang tewas dalam beberapa tahun pertama, karena perlawanan bersenjata sebagian besar telah dihancurkan dan Indonesia menahan warga sipil di kamp-kamp penahanan di mana banyak yang meninggal dalam kelaparan.
Pada Juli 1976, parlemen Indonesia mendeklarasikan Timor Leste sebagai provinsi ke-27 di negara itu.
Tapi sekali lagi, warga Timor Leste berontak di bawahpemimpin perlawanan, Xanana Gusmao pada tahun 1992.
Selama bertahun-tahun, akhirnya mereka berhasil mendapat celah ketika politik Indonesia terguncang pada tahun 1998.
Presiden Soeharto yang dinilai orang paling kuat di Indonesia mundur setelah 30 tahun berkuasa dan memberikan jabatannya kepada Presiden BJ Habibie.
Habibe lebih terbuka untuk beberapa bentuk otonomi untuk Timor Timur, dan membebaskan Gusmao dari penjara di Jakarta. Lalu menjadi tahanan rumah.
Pada bulan Maret 1999, Habibe mengumumkan bahwa dalam proses konsultasi, orang Timor Leste lebih menyukai kemerdekaan daripada otonomi di bawah Indonesia, maka dia akan mengabulkannya.
Pada tanggal 30 Agustus 1999, PBB mengawasi pemungutan suara bersejarah, di mana 78,5% orang Timor-Leste memilih berpisah dengan Indonesia.
Memang sempat terjadi kekerasan antara pasukankeamanan Indonesia dan warga Timor Leste.
Di manakekerasan selama tiga minggu itu menewaskan 2.600 orang, hampir 30.000 mengungsi dan sebanyak 250.000 dikirim secara paksa melalui perbatasan ke Timor Barat Indonesia setelah pemungutan suara.
Kota dan desa hancur dan infrastruktur penting hancur.
Tapi Gusmao dan para pemimpin lainnya yang diasingkan kembali segera setelah itu dan PBB menjalankan pemerintahan tiga tahun menjelang pemilihan parlemen dan presiden.
Pada Mei 2002, Gusmão dilantik sebagai presiden Timor Leste yang baru.