Intisari-Online.com - Saat ini, banyak negara yang mengutuk serangan besar-besaran Israel ke Palestina.
Khususna di Jalur Gaza.
Bahkankonflikminggu ini di Gaza dan Israel adalah yang terburuk sejak 2014.
Dilansir daribbc.com pada Minggu (16/5/2021), setidaknya 139 orang telah tewas di Gaza dan sembilan di Israel sejak pertempuran dimulai pada hari Senin.
Israel mengatakan puluhan militan termasuk di antara yang tewas di Gaza.
Sementara pejabat kesehatan Palestina mengatakan hampir setengah dari korban adalah wanita dan anak-anak.
Gejolak konflik selama enam hari terakhir terjadi setelah berminggu-minggu ketegangan Israel-Palestina yang meningkat di Yerusalem Timur, yang memuncakmenjadi bentrokan di sebuah situs suci yang dihormati oleh umat Muslim dan Yahudi.
Hamas mulai menembakkan roket setelah memperingatkan Israel untuk menarik diri dari situs tersebut, memicu serangan udara balasan.
Tiga belas orang tewas di Jalur Gaza pada hari Sabtu, dengan 10 orang tewas akibat serangan udara Israel di sebuah kamp pengungsi di barat Kota Gaza, kata pejabat kesehatan Palestina.
Seorang bayi berusia lima bulan dikatakan satu-satunya yang selamat dari serangan itu.
Bayi iu ditemukan terperangkap di reruntuhan di samping ibunya yang sudah meninggal. Sejumlah orang juga dilaporkan hilang.
Akram Farouq (36) lari keluar dari rumahnya di Jalur Gaza bersama keluarganya.
Mereka lari setelah seorang tetangga mengatakan kepadanya bahwa mereka telah menerima telepon dari seorang perwira Israel yang memperingatkan gedung mereka akan dihantam, lapor kantor berita Reuters.
"Kami belum tidur semalaman karena ledakan, dan sekarang saya berada di jalan bersama istri dan anak-anak saya, yang menangis dan gemetar," katanya.
Diperkirakan 10.000 warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza sejak Senin karena konflik tersebut, menurut PBB.
Tak sampai disitu, mereka juga menyaksikan serangan udara Israel menghancurkan blok menara di organisasi media perumahan Gaza.
Tidak ada yang diketahui tewas dalam serangan ini.
Pejabat Israel melaporkan sekitar 200 peluncuran roket dari Gaza semalam, dengan rumah-rumah terkena serangan di kota-kota selatan Ashdod, Beersheba, dan Sderot.
Di Bersyeba, 19 orang dibawa ke rumah sakit setelah terluka ringan saat berlari ke tempat penampungan, dan tiga orang menderita syok, lapor The Times of Israel.
Sore hari, sebuah roket menghantam jalan di Ramat Gan, pinggiran Tel Aviv, menewaskan seorang pria.
Dia dilaporkan terkena pecahan peluru di apartemennya.
Sekitar 2.300 roket telah ditembakkan dari Gaza ke Israel sejak Senin, dengan sekitar 1.000 dicegat oleh pertahanan rudal dan 380 gagal dan jatuh ke Gaza sendiri, kata militer Israel.
Ada kekhawatiran akan ketegangan yang meningkat pada hari Sabtu ketika orang-orang Palestina memperingati apa yang mereka sebut al-Nakba, the Catastrophe.
Dan di tengah situasi mengerikan itu, seorang utusan dari Amerika Serikat (AS) telah tiba di Tel Aviv, Israel.
Apa tujuannya?
Ternyata Hady Amr, nama utusan itu,datang untuk pembicaraan de-eskalasi karenakonflik antara Israel dan Palestina terus berlanjut.
Hady Amr akan mengambil bagian dalam pembicaraan dengan pejabat Israel, Palestina dan PBB dan memperkuat apa yang menurut diplomat AS adalah perlunya ketenangan yang berkelanjutan.
PresidenAS Joe Biden sendiri telah melakukan panggilan telepon diplomatik dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Sabtu.
Komunitas internasional telah mendesak kedua belah pihak untuk mengakhiri eskalasi.
Diketahui AS mendapat kritik tajam karena menjadi sekutu Israel.
Beberapa orang menyatakan negara sebesar AS seharusnya tidak mendukung Israel yang disebut seluruh dunia sebagai 'negara teroris'.