Intisari-Online.com - Krisis pandemi virus corona (Covid-19) di India membuat satu dunia panik.
Bagaimana tidak. Hanya dalam waktu satu minggu, India memiliki 1,6 juta kasus virus corona baru.
Hal ini membuat jumlah kasus virus corona di India mencapai 19.157.094 kasus dan 211.835 kasus kematian per Sabtu (1/5/2021).
Tak hanya disitu, pemerintah India melaporkan setiap 4 menit, 1 warganya tewas karena Covid-19.
Krematorium penuh hingga keluarga pasien harus pasrah mengkremasi anggota keluarganya di halaman rumah.
Sementara rumah sakit nyaris kolaps karena pasien menumpuk hingga gerbong kereta api diubah menjadi bangsal rumah sakit.
Lalu apa penyebab lonjakan kasus di India tersebut?
MenurutNew York Times, sebenarnya tahun lalu Indiasudah bersiap-siap menyambut gelombang besarpandemi.
Hanya sajagelombang pandemiyang parah ini tidak kunjung datang, malah sebagian besar kasusnya hanya ringan.
Bahkanpada akhir Januari 2021, Perdana Menteri India Narenda Modi mengumumkan bahwa India telah memenangkan 'perang'melawan Covid-19.
Bahkan dia sesumbar India akan menjadi "toko obat dunia", produsen vaksin global dan model bagi negara maju lainnya.
Oleh karenanya dunia mengiraIndia telah mengatasi pandemi. Tapi semua berantakan ketika mulai memasuki pertengahan Maret 2021.
Karenapengumuman awal kemenangan oleh pemerintah, ini menciptakan “pesan palsu” yang membuat masyarakat bertindak sebaliknya.
Mereka tidak memakai masker, tidak mematuhi jarak sosial, dan mulai berkerumun.
Puncaknya ketika 12 April 2021 lalu, di mana ratusan ribu umat Hindu berkumpul di tepi sungai Gangga untuk melakukan doa khusus.
Dilansir darialjazeera.com pada Sabtu (1/5/2021),Kumbh Mela atau festival kendi, salah satu ziarah paling suci dalam agama Hindu.
Umumnya festival ini berlangsung hingga bulan April.
Ribuan umat, malah tahun sebelumnya jutaan umat Hindu,berkumpul di kota utara Haridwar di negara bagian Uttarakhand dan berenang di air Sungai Gangga.
Mereka menyakini ritual itu akan membebaskan mereka dari dosa-dosa mereka dan membebaskan mereka dari siklus kelahiran dan kematian.
Pihak berwenang sendiri berusaha menekan lonjakan kasus dengan meminta setiap warga melakukan tes swab dulu sebelummemasuki daerah itu.
Namun sepertinya itu tidak berlaku. Mereka tak bisa menahan lonjakan orang yang datang.
"Kerumunan di sini melonjak. Polisi terus mengimbau orang-orang untuk menjaga jarak sosial," kata petugas polisi Sanjay Gunjyal di lokasi.
"Kami terus mengimbau orang-orang untuk mengikuti protokol kesehatan."
"Namun karena kerumunan yang sangat banyak, hal itu praktis tidak mungkin."
Beberapa orang memang mengenakan masker. Namun mereka tetap berdesak-desakan untuk berenang pada hari yang dianggap menguntungkan dalam kalender Hindu.
Pihak berwenang di Haridwar mengatakan durasi festival telah dibatasi dari tahun-tahun sebelumnya.
Tetapi merasa sangat sulit untuk menerapkan tindakan jarak sosial karena ini adalah festival besar.
Setelah beberapa hari pasca festival itu,Uttarakhand telah melaporkan 7.323 kasus infeksi virus corona dan 1.760 kasus kematian.
Tak lama, India mencatatkan rekor tertinggi kasus harian yaitu168.912 kasus pada hari Senin.
Semakin melonjak
Di tengah kekhawatiran bahwa Kumbh Mela bisa berubah menjadi malapetaka bagi India, malah Menteri Utama negara bagian itu, Tirath Singh Rawat mengatakan "iman kepada Tuhan akan mengatasi ketakutan akan virus".
Kritik juga datang kepadaPerdana Menteri Narendra Modi dan nasionalis Hindu Partai Bharatiya Janata (BJP).
Ini karena mereka mengatakan festival itu diizinkan pada saat kasus virus corona sedang meroket.
Alasannya hanya karena pemerintah tidak mau membuat marah umat Hindu yang merupakan pendukung terbesar partai.