Intisari-online.com - Situasi di Laut China Selatan mungkin menjadi pemicu terkuat jika China dan Amerika bakal berperang.
Ditambang lagi situasi yang kian mengerikan terjadi di Taiwan, di mana China terus melakukan provokasi di wilayah tersebut.
Dengan dua masalah ini, bukan mustahil Laut China Selatan adalah tempat paling pontensian jika Amerika dan China terlibat konflik.
Meski demikian, sebuah laporan mengatakan bahwa perang nuklir malah lebih mudah terjadi akibat masalah tak kasat mata ini.
Menukil Daily Star, Sabtu (17/4/21), penyebab paling mudah perang nuklir terjadi bukan disebabkan oleh provokasi di Laut China Selatan maupun Taiwan.
Melainkan serangan dunia maya yang bisa memicu serangan nuklir, antara China dan AS.
Ada kekhawatiran penangkal nuklir mereka bakal disusupi, menurut sebuah studi militer yang baru-baru ini dilaporkan.
Penyerangan dunia maya adalah sesuatu yang kasat mata, dan lebih mudah memicu perang nuklir.
Negara adidaya Amerika misalnya, dapat ditekan untuk segera menembakkan nuklir mereka jika mereka telah diretas, kata peneliti itu.
Serangan dunia maya dapat mengekspos negara yang diserang ke tekanan yang signifikan untuk meningkatkan kesiagaan, hingga situasi darurat.
Lapor Think Thank, mengutip dari peneliti Shanghai Institutes for International Studies (SIIS) dan Carnegie Endowment for International Peace (CEIP).
Peneliti mereka mengeluarkan peringatan setelah berbicara dengan ahli militer dan teknis dari kedua negara.
Dalam laporan tersebut, Presiden SIIS Chen Dongxiao mengatakan.
"Serangan dunia maya terhadap sistem komando, kendali, dan komunikasi (NC3) nuklir telah menjadi sumber potensi eskalasi konflik di antara kekuatan nuklir," katanya.
"Karena sifat unik dari senjata nuklir, setiap insiden dunia maya yang berkaitan dengan senjata nuklir akan menyebabkan kewaspadaan, kecemasan, kebingungan, dan mengikis kepercayaan negara terhadap keandalan dan integritas alat penangkal nuklir," tambahnya.
"Serangan dunia maya terhadap sistem komando dan kendali nuklir akan membuat negara yang diserang terkena tekanan signifikan untuk meningkatkan konflik dan bahkan menggunakan senjata nuklir sebelum kemampuan nuklirnya dikompromikan," jelasnya.
Thomas Carothers, Presiden Sementara CEIP, mengatakan peretas yang mencoba mendapatkan informasi intelijen tentang potensi serangan nuklir dapat secara tidak sengaja memicu perang nuklir.
Diamengatakan, "Para ahli militer dan keamanan nasional semakin memperingatkan bahwa kemungkinan besar penyebab perang besar, konvensional atau nuklir antara Amerika Serikat dan China."
"Ini adalah konflik kecil yang meningkat tajam, meskipun ada keinginan dan upaya oleh satu atau kedua negara untuk mencegah bencana spiral seperti itu," katanya.
"Operasi dunia maya, baik oleh China terhadap Amerika Serikat, atau sebaliknya, sangat rentan memicu eskalasi," tambahnya.
"Niat ini mungkin terutama bersifat defensif berusaha mendapatkan peringatan akan serangan di masa depan," imbuhnya.
Laporan tersebut menyimpulkan, "Ancaman dunia maya terhadap sistem komando, kendali, dan komunikasi nuklir (NC3) menarik perhatian yang semakin meningkat."
Pakar terkemuka di Barat telah menerbitkan laporan dan artikel yang menganalisis skala penuh risiko.
Mereka menyimpulkan bahwa operasi dunia maya dapat mengancam secara sengaja atau tidak sengaja pada fungsi sistem nuklir, dan dengan demikian menciptakan sesuatu yang merugikan.