Intisari-online.com -Aktivitas Rusia di Eropa kini tengah disorot dunia.
Pasalnya, Rusia mulai aktif menyerang Ukraina dengan menduduki wilayah Krimea.
Selain para tentara menduduki Krimea, banyak senjata Rusia mulai dikirimkan ke tempat tersebut.
Konflik itu berakar dari perpecahan Ukraina dari Uni Soviet sementara Rusia ingin membawa Ukraina ke dalam kekuasaannya.
Kini militer Rusia tengah diperhatikan.
Melansir dari TASS, rupanya Rusia sudah memborong senjata militer baru.
Dinamakan drone Okhotnik, drone atau pesawat tanpa awak tersebut dijadwalkan dikirim ke pasukan Rusia mulai 2024 mendatang.
Hal itu disampaikan oleh Andrey Yelchaninov, deputi kepala kelas 1 Komisi Dewan Industri Militer Rusia.
"Pengiriman Okhotnik ke tentara Rusia dijadwalkan paling awal 2024, ujarnya dalam wawancara dengan media yang dirilis Selasa kemarin.
Dikatakan drone ini dapat beroperasi di bawah kendali pilot jet tempur generasi kelima Su-57.
"Pesawat dan drone ini dapat berinteraksi tidak hanya dengan satu sama lain, tapi juga dalam berbagai formasi pertempuran," ujar Yelchaninov.
"Dalam waktu yang dekat, akan ada kemungkinan pengendalian beberapa drone Okhotnik dari kokpit Su-57."
Deputi Pemimpin Utama dari Pasukan Angkatan Udara Rusia Letnan Jenderal Sergei Dronov mengatakan tahun lalu jika selama perkembangan pesawat tanpa awak, perhatian khusus diberikan untuk memasukkan mereka ke dalam sistem tunggal dengan pesawat berawak.
Drone Rusia Okhotnik dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi melaksanakan debut penerbangan pada 3 Agustus 2019.
Penerbangan berlangsung selama 20 menit di bawah kendali operator.
Pada 27 September 2019, Okhotnik melaksanakan terbang bersama dengan jet tempur generasi kelima Su-57.
Drone berhasil terbang di udara dalam mode otomatis dengan ketinggian 1600 meter dan penerbangannya berlangsung selama 30 menit.
Okhotnik dilengkapi dengan teknologi siluman dan desain sayap terbang dan memiliki berat landas sebesar 20 ton.
Drone itu memiliki mesin jet dan mampu mengembangkan kecepatan secepat 1000 km/jam.
Menurut data dari Kementerian Pertahanan Rusia, drone memiliki lapisan anti-radar dan dilengkapi dengan peralatan elektro-optik, radar dan tipe pengintaian lainnya.
Satu-satunya yang tidak ada di drone ini adalah ekor.
Belanja militer negara ini juga disebutkan mencapai 21 triliun Rubel (405 triliun Rupiah), menurut Yelchaninov.
Anggaran itu akan efektif setelah tahun 2027.
Anggaran ini tidak jauh berbeda dengan anggaran militer untuk program saat ini (2018-2027) yang mencapai 21.7 triliun Rubel.
Untuk tahun ini, rudal anti-hipersonik Rusia akan memasuki tugas tempur di Artik Juli besok.
Radar Rezonans-N yang mampu menitik rudal hipersonik akan resmi dipakai pada Juni 2021.
Mereka akan dipakai di kepulauan Novaya Zemlya.
Akhir tahun Rusia berencana mengoperasikan dua stasiun Rezonans-N di zona artik, yaitu di Gremikha dan Zapolyarnoye.
Zapolyarnoye adalah wilayah 30 km dari perbatasan Rusia-Norwegia, dan akan memastikan "kendali sepanjang waktu atas wilayah udara di atas wilayah udara Norwegia dan Finlandia."
Radar Rezonans beroperasi dalam pita meteran dan menerapkan prinsip resonansi gelombang, memungkinkan mendeteksi pesawat berdasarkan teknologi siluman dan target hipersonik yang terbang dengan kecepatan mencapai Mach 20.
Radar ini mampu mendeteksi target dan mengeluarkan akuisisi target pada target aerodinamis pada jarak 600 km dan pada jarak 1200 km pada target balistik, pada ketinggian hingga 100 km.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini