Intisari-Online.com - Rusia telahmengirim pasukan militernya menuju perbatasan timur Ukraina dan ke Semenanjung Krimea (daratan besar antara Ukraina dan Rusia).
Tapi Kremlin belum memberikan rincian tentang unit-unit militer mana saja yang terlibat.
Sementara juru bicara Presiden Vladimir Putin Dmitry Peskov mengatakan memindahkan pasukan itu sebagai urusan internal yang seharusnya tidak menjadi perhatian siapa pun.
Tapi faktanya situasi memanas di perbatasan.
Sumber intelijen Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa pasukan tambahan yang hadir membentuk 16 kelompok taktis batalion, yang berarti ada hingga 14.000 tentara Rusia.
Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (13/4/2021), total Rusia sekarang memiliki sekitar 40.000 tentara di perbatasan timur Ukraina dan 40.000 lainnya di Krimea.
Ini menurut kepresidenan Ukraina.
Melihat konflik dua negara semakin panas, adakekhawatiran Benua Eropa akan terjerumus ke dalam perang besar lainnya.
Michael McFaul, duta besar Amerika Serikat (AS) untuk Rusia antara 2012 dan 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea, mengatakan bahwa Ukraina tidak akan ragu untuk menanggapi jika serangan diluncurkan.
“Jika itu terjadi, pemerintah Ukraina dan tentara Ukraina akan menanggapinya," kataMcFaul.
"Jika terjadi, maka kita harus bersiap ada perang di Eropa antara dua tentara yang sangat tangguh."
Ketegangan makin memanas ketikapresenter berita Rusia Dmitry K tepatnyaov mengatakan bahwa negaranya satu langkahuntuk memulai perang.
BahkanK tepatnyaov juga mencap Ukraina sebagai negara 'Nazi'.
Selain 80.000 tentara yang ditempatkan Rusia di perbatasan Ukraina dan Krimea, mereka juga telah mengirim tank, artileri, kendaraan pengangkut lapis baja, dan kendaraan pendukung.
Ini adalah pertama kalinya Rusia meningkatkan kehadirannya secara drastis sejak mencaplok Krimea tujuh tahun lalu.
Berbagai laporan lokal dan internasional yang muncul selama beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa Presiden Putin telah mengerahkan brigade udara dari perbatasan Estonia dan mengirim 10 kapal angkatan laut untuk memperkuat armada Laut Hitam.
Sebagai tanggapan, AS telah mengumumkan akan mengirim dua kapal perang ke Laut Hitam.
Ketegangan itu adalah yang paling tinggi sejak 2015, pada saat aneksasi Krimea.
Kondisi ini langsung membuat negara Uni Eropa (UE) panik.
Kanselir Jerman Angela Merkel bahkan langsung meminta dukungan militer untuk berjaga-jaga.
Sementara Menteri Luar Negeri Dominic Raab mentweet bahwa Inggris setuju dengan sikap AS.
Dia juga meminta Rusia untuk menarik pasukannya.
Walau begitu,Kremlin meyakinkan negara lain bahwa pemerintah Rusia tidak merencanakan perang habis-habisan dengan Ukraina.
"Rusia tidak berencana untuk bergerak ke arah perang dan tidak ada juga yang menerima kemungkinan perang saudara di Ukraina," kataJuru bicara Peskov.
Akan tetapiPresiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak mempercayainya.