Intisari-online.com -Pandangan Ukraina dan Turki mengenai ancaman keamanan di Laut Hitam dan pilihan respon mereka terhitung identik.
Setidaknya itulah yang dikatakan oleh Presiden Ukraina Vladimir Zelensky Sabtu kemarin setelah pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul.
"Kita mendiskusikan keseluruhan isu keamanan dan respon gabungan atas ancaman di wilayah Laut Hitam.
"Aku ingin mencatat jika visi Kiev dan Ankara mengenai ancaman dan cara menangani ancamannya adalah sama," ujarnya dalam siaran konferensi pers di akun Facebook Presiden.
Dilansir dari TASS, Zelensky menekankan jika dukungan Turki atas isu kedaulatan Ukraina dan integritas teritori sangatlah penting untuk negaranya.
Ia juga mengatakan situasi di Donbass dan isu Krimea menjadi topik pembicaraan dengan pemimpin Turki.
Ia berterima kasih kepada Turki atas kesiapannya mengambil bagian kerja di Platform Krimea, pertemuan yang dijadwalkan diadakan di Kiev pada 23 Agustus.
Dalam bahasanya, "akan menjadi sinyal kuat jika Ukraina dan mitranya berniat menyelesaikan isu kependudukan semenanjung Ukraina dan perlindungan hak Tatar Krimea dan warga Ukraina.
Zelensky dan delegasi Ukraina melakukan kunjungan sehari ke Turki Sabtu lalu.
Mereka melaksanakan pembicaraan dan mengambil bagian di pertemuan ke-9 Dewan Strategi Tingkat Tinggi.
Deklarasi gabungan dan sejumlah dokumen bilateral ditandatangani.
Tanggapan Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyeru perkembangan "mengkhawatirkan" di wilayah Donbas, timur Ukraina, untuk diakhiri.
Hal itu ia utarakan setelah bertemu Zelensky di Istanbul.
Berbicara di konferensi pers bersama Zelensky, ia berharap konflik akan diselesaikan secara damai, melalui dialog berdasarkan diplomasi, seiring dengan hukum internasional dan integritas teritori Ukraina.
"Tujuan utama kami adalah Laut Hitam berlanjut menjadi wilayah laut diliputi perdamaian dan kerjasama," ujar Erdogan.
Zelenskyy mengatakan pandangan Kiev dan Ankara sama mengenai ancaman wilayah dan responnya.
Erdogan sendiri menekankan kerjasama Turki dengan Ukraina di bidang industri pertahanan.
Hal itu menjadi poin utama agenda pertemuan mereka, bukan tentang perlawanan negara ketiga.
Al Jazeera melaporan jika Ukraina tercatat membeli drone militer Turki.
Kemudian drone ini akan masuk dalam mesin perang Ukraina.
Tanggapan Erdogan terbilang cukup membahayakan.
Turki memang anggota NATO, yang kemarin sudah berikrar akan membantu Ukraina bersama AS.
Namun Erdogan dan Putin telah membentuk hubungan personal yang baik untuk melandasi penjualan energi.
Mereka juga dulunya bekerjasama menyelesaikan konflik negara tetangga, Armenia dan Azerbaijan.
Republik Krimea dan Sevastopol, kota dengan status spesial di Semenanjung Krimea, sebagian besar penduduknya adalah warga Rusia.
Dua kota itu menolak mengakui legitimasi otoritas yang mengkudeta Ukraina pada Februari 2014.
Keduanya mengadopsi deklarasi kemerdekaan pada 11 Maret 2014.
Kemudian mereka memegang referendum pada 16 Maret 2014, total 96,77% dari Krimea dan 95,6% Sevastopol memilih memisah dari Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia.
Presiden Vladimir Putin menandatangani perjanjian reunifikasi pada 18 Maret 2014.
Dokumen kemudian disahkan oleh Dewan Federal Rusia pada 21 Maret.
Ukraina terus-terusan menolak mengakui Krimea bagian dari Rusia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini