Ia adalah seorang anggota pendiri Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin); menteri luar negeri di pengasingan dan perwakilan tetap Fretilin untuk PBB; pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 1996; dan Presiden Timor Leste dari tahun 2008 hingga 2012.
Horta menjadi perhatian otoritas kolonial setelah membaca Struggle for Mozambique karya Eduardo Mondlane's (presiden pendiri Front Pembebasan Mozambik, atau FRELIMO) dan melibatkan turis Amerika di ibu kota Dili dalam diskusi tentang anti-kolonialisme.
Pada satu titik, Horta mengatakan bahwa jika Portugal tidak mau membangun Timor Timur, Amerika Serikat harus mengambilnya.
Karena pernyataan tersebut dan aktivitas politiknya yang berkembang, pada tahun 1970 Horta yang berusia 22 tahun diasingkan ke Mozambik (kemudian Afrika Timur Portugis) selama dua tahun.
Setelah rezim diktator Portugal digulingkan pada tahun 1974, dekolonisasi berlangsung dengan cepat di Afrika dan Timor Lorosae, namun kemerdekaan Timor Leste batal bahkan sebelum ia terjadi dengan hadirnya pasukan Indonesia.
Pada Maret 1975 Fretilin yang didirikan Ramos-Horta muncul sebagai partai paling populer di Timor Timur karena kampanye akar rumputnya di daerah pedesaan dan dukungan dari kaum tani Timor.
Menunjukkan keterikatannya dengan Mozambik, bahkan nama yang diadopsi oleh para nasionalis Timor untuk organisasi mereka 'berhutang' pada Mozambik, karena Asosiasi Sosial Demokrat Timor (ASDT) kemudian berganti nama menjadi Fretilin.
Perubahan itu pun menimbulkan kritik di Indonesia dan Australia bahwa Fretilin adalah Marxis, yang menunjuk pada kesamaan fonetik dengan Frelimo di Mozambik.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR