Menggebu-gebu Rencanakan Bangun Jalur Sutra Modern Lintasi Asia dan Afrika, China Terkuak Juga Ingin Sekalian Kuasai Terusan Suez yang Kemarin Sempat Macet Itu, Laporan Ini Buktinya

Maymunah Nasution

Editor

Kapal Ever Given berhasil dibebaskan pada Senin (29/3/2021)setelah hampir sepekan terdampar di Terusan Suez.
Kapal Ever Given berhasil dibebaskan pada Senin (29/3/2021)setelah hampir sepekan terdampar di Terusan Suez.

Intisari-online.com -Terusan Suez padadua minggu yang lalu sempat macet akibat kapal Ever Given 'nyerong' dan memblokir jalannya kapal-kapal lain.

Tidak tanggung-tanggung, diperkirakan kerugian yang dialami akibat kemacetan seminggu itu mencapai 9 miliar Dolar setiap harinya selama macet.

Memang tidak dipungkiri, Terusan Suez adalah salah satu terusan paling vital di dunia.

Perdagangan internasional tidak bisa berjalan tanpa terusan yang berada di Mesir ini.

Baca Juga: Alasannya Pernah Menyeret Nama Sandiaga Uno, Inilah Penyebab Kapal-kapal di Dunia Banyak yang Berbendera Panama, Termasuk Ever Given yang Nyangkut di Terusan Suez

Dari kejadian tersebut, Mesir juga merasa cukup jemawa dan menganggap dirinya penting bagi perdagangan dunia.

Jangan heran dalam urusan hajat orang banyak seperti ini, China pastinya juga ikut campur.

Demikian pula dengan urusan Terusan Suez ini.

Dilansir dari South China Morning Post, China ternyata "memainkan peranan penting di perkembangan Zona Ekonomi Terusan Suez, yang diawasi oleh Tianjin Economic-Technological Development Area, perusahaan negara terkemuka China."

Baca Juga: Investasi Dengan China Jelas-jelas Berbahaya, Negara di Afrika Ini Sekarang Terancam Ibukotanya Akan Dipindah Oleh China, Namun Pemerintahnya Justru Tidak Keberatan, Mengapa?

Zona ekonomi Suez menjadi tuan rumah beberapa bisnis dan perusahaan manufaktur, termasuk Jushi Co milik China, raksasa perusahaan fiberglass yang telah mengubah negara Afrika Utara menjadi produsen fiberglass terbesar ketiga di dunia, mengikuti AS dan China.

"China adalah investor terbesar di koridor Kanal Suez, sehingga ini menjadi landasan kritis dalam kemitraan Sino-Mesir dan Presiden el-Sisi melihatnya sebagai proyek warisan lebih signifikan daripada proyek ibukota administratif baru," ujar Samuel Ramani, peneliti hubungan internasional di Universitas Oxford.

Sebelumnya dilaporkan jika China juga membangun ibukota baru untuk Mesir, dan ditengarai pemerintahan Presiden Abdel-Fattah el-Sisi sangat mendukung hal tersebut.

Ia mengatakan "kepentingan strategis proyek ini adalah ditambah lebih jauh oleh hasrat Mesir untuk menjadi kekuatan Afrika, Mediterania dan Timur Tengah dan pejabat China telah membuat investasi Terusan Suez menjadi bab yang memuaskan tujuan tersebut."

Baca Juga: Meliuk Bagaikan Ular Sepanjang Lebih Dari 8000 Kilometer, Inilah Jalur Rel Kereta Api Turki-Tiongkok yang Menjadi Jalur Perdagangan Terbesar Abad Ini, Jalur Sutra Baru Tidak Bisa Ditampik Lagi!

Ramani mengatakan hubungan China-Mesir telah diperkuat sejak el-Sisi berkuasa.

"Hubungan ini memiliki dimensi bersejarah, karena pejabat China sering menekankan solidaritas Beijing dengan nasionalisasi Gamal Abdel Nasser di Kanal Suez tahun 1956, tapi secara sejarah, China secara umum hidup di bawah bayang-bayang Uni Soviet dan AS sebagai mitra," ujarnya.

John Tseh-han Chen, asisten profesor kunjungan bidang sejarah di NYU Shanghai mengatakan, "Kepentingan China di Mesir cenderung blak-blakan dan tidak berubah: akses ke Kanal Suez dan pengaruh nyata atau persepsinya berasal dari kemitraan dengan klien lawas AS".

Chen juga mengatakan Sisi juga tampaknya meyakinkan China jika pengulangan kebangkitan dunia Arab yang telah menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak, kecil kemungkinan terjadi dalam waktu dekat.

Baca Juga: Pernah Jadi Simbol Kekuasaan Inggris Atas Tanah Afrika, Ternyata Terusan Suez Juga Jadi Saksi Bisu Runtuhnya Kerajaan Inggris, dan Hancurnya Kekuasaan Inggris di Dunia

"China berharap Mesir akan menghindari konflik politik atau pergolakan yang dapat berdampak pada investasi di sana atau hubungannya dengan negara tetangga produsen minyak," jelasnya.

Chen juga berargumen jika China dan Sisi mungkin berharap jika pemindahan ibukota baru akan mengurangi risiko protes yang berdampak pada kinerja pemerintah dan bisnis.

"El-Sisi mungkin menganggap perkembangan ekonomi sebagai pemerkuat legitimasi lokal karena ia mendapat kekuasaan dari kudeta militer dan perpecahan lokal, seperti halnya di tengah perlambatan ekonomi," ujar Chen.

"Fakta bahwa el-Sisi mewakili reaksi melawan kebangkitan dunia Arab adalah dalam semua kemungkinan alasan mengapa ia ingin China dan mengapa China menginginkannya."

Baca Juga: Setelah Penuh Drama Menolak-nolak Stok Bijih Besi dari Australia, Hubungan Dua Negara Kian Tidak Mesra, China Temukan Negara Pengganti yang Setia Kirimkan Bijih Besi ke Mereka

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait