Intisari-online.com - Sepekan dunia dikagetkan dengan peningkatan aktivitas militer oleh Rusia menuju perbatasan Ukraina.
Meskipun saat ini diketahui Rusia tidak melakukan serangan ke Ukraina secara langsung.
Namun tampaknya hal ini telah membuat khawatir banyak pihak, dan jika perang pecah dikhawatirkan situasinya bisa berubah menjadi Perang Dunia.
Menurut 24h.com.vn, Jumat (9/4/21), selama tentara Ukraina tidak melakukan serangan langsung ke Donbass, semua akan aman.
Tentara Rusia dilaporkan baru akan bertindak jika serangan dilancarkan, tujuannya untuk melindungi orang-orang berbahasa Rusia.
Jika tentara Ukraina melancarkan seranga terhadap kelompok sparatis di Donbass, Rusia bisa campur tangan.
Rusia akan ikut campur dalam konflik di bagian timur negara itu, untuk membantu komunitas berbahasa Rusia di sana.
Hal ini tentu akan membahayakan, karena bagaimanapun kelompok sparatis harus dilawan oleh militer Ukraina, namun di sisi lain Rusia melindunginya.
Sementara, Dmitry Kozak, wakil kepala kantor Kremlin, memperingatkan bahwa pasukan Rusia dapat turun tangan untuk melindungi warganya.
Perwakilan otoritas Rusia juga memperingatkan bahwa eskalasi bentrokan dapat menandai awal dari berakhirnya Ukraina.
Selain itu, sumber BBC menyebutkan bahwa pada 9 April, terjadi bentrokan antara separatis yang didukung Rusia dan tentara Ukraina di timur Ukraina.
Rusia juga meningkatkan pengerahan pasukan dan senjata dalam jumlah besar di daerah perbatasan yang berbatasan dengan Ukraina.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat sama-sama menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya ketegangan di timur Ukraina.
Terutama setelah Rusia meningkatkan pasukannya di perbatasan Ukraina, tetapi pihak Rusia mengatakan bahwa mereka tidak boleh dipandang sebagai ancaman.
Sekretaris pers Gedung Putih AS Jen Psaki mengatakan bahwa kekuatan militer Rusia di perbatasan Ukraina adalah yang tertinggi sejak 2014.
Ketika konflik di timur Ukraina meletus situasi di sana sangat mengkhawatirkan.
Pihak Rusia merahasiakan jumlah pasukan yang dikerahkan.
Tetapi intelijen AS dan Barat mengkonfirmasi bahwa sekitar 20.000 tentara Rusia telah dimobilisasi ke perbatasan dengan Ukraina.
Mereka juga merilis bukti kereta api Rusia memindahkan senjata berat ke daerah di atas.
Bentrokan antara tentara Ukraina dankelompok sparatisyang didukung Rusia di dalam wilayah Donbass di timur Ukraina juga meningkat secara signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Kanselir Jerman Angela Merkel menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin pada 8 April, dan mendesak Rusia berhenti dengan mengurangi bala bantuan.
Namun, dalam panggilan yang sama, Presiden Rusia Putin menuduh Ukraina berusaha membesar-besarkan situasi di Donbass.