Intisari-online.com - Konfrontasi militer memang terus meningkat sepanjang tahun, tanpa kita sadari semakin mempercepat Perang Dunia III.
Sejumlah negara di Seluruh dunia dan peningkatan ekspansi militer ke negara lain memungkinkan Perang Dunia bisa terjadi.
Dari meningkatnya ketegangan kawasan Mediterania Timur hingga Laut China Selatan dan konflik historis kawasan Eurasia, dan sengketa perbatasan Himalaya.
Hal itu memungkinkan memicu Perang Dunia, setidaknya ada beberapa konflik yang terjadi dan cukup panas.
Namun, dari sekian banyak daftar konflik antar negara ini tidak ada satupun konflik dengan Amerika di sebutkan.
Seperti dikutip dari Eurasian Times, setidaknya ada 6 konflik terpanas yang bisa memicu Perang Dunia III, berikut di Antaranya.
1. Rusia vs Ukraina
Saat ini semenanjung krimea kembali memanas dengan mobilisasinya pasukan militer Rusia menuju Ukrainan.
Beberapa tahun lalu Rusia memang sempat memanas dengan Ukraina, namun situasi itu berhasil dikendalikan.
Kini, tampaknya situasinya kembali memanas, menurut laporan Daily Express, Rusia telah mengerahkan pasukan dan alutsista mereka menuru Ukraina.
2. India vs Pakistan
Khasmir telah menjadi masalah sensistif kedua negara ini yang berujung pada kekerasan, dan meningkatkan aktivitas militer.
Hal ini menyebabkan dua negara bertenaga nuklir bernafsu untuk berperang yang tampaknya tidak pernah berakhir.
Sejak Perdana Menteri Narendra Modi mencabut otonomi Jammu dan Kashmir dan membaginya menjadi dua wilayah yang dikelola pemerintah federal, ketegangan semakin meningkat.
Yang semakin memperumitnya adalah dukungan Islamabad oleh China, yang terus memperkuat militer Pakistan untuk memaksa New Delhi membagi sumber dayanya dalam memerangi setiap perbatasannya.
3. Yunani vs Turki
Kedua tetangga Mediterania Timur itu telah berselisih mengenai berbagai masalah termasuk klaim yang tumpang tindih atas sumber daya hidrokarbon di wilayah tersebut, yang dipetakan oleh klaim kontradiktif atas wilayah.
Sementara Prancis dan Jerman sebelumnya turun tangan untuk meredakan ketegangan, kesepakatan yang dilaporkan Prancis untuk memasok 18 jet tempur Rafale buatan Dassault ke Athena.
Ankara bahkan telah mengeluarkan ancaman untuk 'menembak jatuh' jet tempur UEA yang melakukan latihan militer gabungan dengan Yunani.
Yunani, yang didukung oleh mayoritas negara UE, Mesir dan UEA, terus mencap otoritasnya dengan menyatakan bahwa kepemilikannya atas banyak pulau memberinya kedaulatan atas perairan yang disengketakan.
Namun, Turki menolak untuk mengalah. Kedua negara sekarang memperkuat angkatan laut dan udara mereka.
4. India vs China
Telah terjadi peningkatan ketegangan yang tak terduga antara kedua negara sejak Bentrokan Lembah Galwan bulan Juni 2020 di Ladakh Timur yang merenggut nyawa 20 orang India dan jumlah yang tidak ditentukan di pihak China.
Perdana Menteri Narendra Modi telah menunjukkan tekadnya dengan memperluas larangan 118 aplikasi seluler China untuk melawan kehadirannya yang masif dalam layanan internet.
Langkah itu diikuti oleh norma investasi yang lebih ketat. Keputusan seperti itu telah ditentang keras oleh China.
Sekarang, meskipun kedua negara menandatangani konsensus lima poin yang melibatkan pelepasan pasukan, mereka terus memperkuat pertahanan mereka di sepanjang perbatasan.
5. China vs Taiwan
Tidak banyak yang berubah terkait peran China sebagai agresor ekstrem karena China terus bertempur di banyak bidang.
Salah satu kisah lama yang menonjol adalah bentrokan dengan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai "provinsi pemberontak".
Taiwan dianggap oleh China sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.
Sedangkan Beijing tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat untuk mengisolasi pulau itu secara diplomatis dengan menekan banyak negara untuk mengubah kesetiaan mereka kepada China.
Namun, yang membuatnya lebihrumit adalah bahwa Amerika Serikat terus menjadi sekutu utama dan pemasok militer negara pulau itu, meskipun berulang kali diperingatkan oleh Beijing.
6. Iran vs Israel
Iran dan Israel telah mengalami peningkatan ketegangan sejak keputusan AS pada 2018 untuk secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama 2015.
Bahkan sebelumnya, kemungkinan benturan potensial antara dua negara Timur Tengah tetap sangat tinggi.
Selain itu, penolakan Dewan Keamanan PBB baru-baru ini atas rancangan resolusinya untuk memperpanjang embargo senjata tanpa batas waktu terhadap Iran.
Keputusanitu didukung oleh orang-orang seperti Rusia dan China, semakin membuat marah AS.
Ini telah membuat Israel percaya bahwa Teheran, akan menjadi ancaman di masa depan.
Saat ini Iran berusaha untuk memperoleh sejumlah persenjataan modern dari Moskow, sebagian besar, dalam bentuk sistem pertahanan rudal S-400 dan pesawat tempur terbaru.
Termasuk senjata jet seperti Su-30 atau Su-57.