Demi Saingi Terusan Suez, Ternyata AS Pernah Hampir Gunakan 520 Bom Nuklir Untuk Hancurkan Daratan di Dekat Israel Ini, Namun Gagal Dilakukan Gara-Gara Hal Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Rencana Amerika ciptakan kanal mirip terusan Suez, dengan bom nuklir.
Rencana Amerika ciptakan kanal mirip terusan Suez, dengan bom nuklir.

Intisari-online.com - Bencana yang terjadi di Terusan Suez belakangan ini telah menyebabkan beberapa fakta mulai terkuak.

Termasuk rencana Amerika yang pernah berniat menyaingi Terusan Suez dengan menciptakan kanal baru di dekat Israel.

Namun, cara yang ditempuh Amerika dianggap membahayakan dan kontroversial.

Menurut 24h.com.vn, pada Jumat, (2/4/21), AS merencanakan untuk menggunakan 520 bom nuklir untuk membuat kanal yang melintasi Israel.

Baca Juga: Setelah 3 Hari Dibebaskan Akibat Terjepit di Terusan Suez, Citra Satelit Pergoki Kapal Kargo MV Ever Given Berada di Tempat Ini, Bukannya Kembali Atau lanjutkan Perjalanan?

Tindakannya ini untuk menciptakan rute alternatif ke Terusan Suez, di dekatnya, menurut sebuah dokumen yang tidak di deklasifikasikan.

Menurut Business Insider, rencana tersebut hanya berhenti pada langkah pengusulan rencana.

Tetapi jika ada kanal kedua yang akan berbagi beban di Terusan Suez.

Fakta bahwa kapal kargo super terjebak selama enam hari, menyebabkan kerugian hingga 1 miliar dollar, tidak akan terjadi.

Baca Juga: Meski Dicecar Sana-Sini, Rupanya Rencana China Ini Malah Dipuji Setinggi Langit Karena Bisa Jadi Solusi Jika Terusan Suez Macet, Walaupun China Terkesan Memonopoli Jalur Perdagangan

Dokumen tersebut didasarkan pada memorandum 1963, yang dibuka pada tahun 1996.

AS ingin menggunakan 520 bom nuklir untuk membuat jalur air sepanjang 257 kilometer.

Memorandum tersebut menyebut ini sebagai rencana untuk "menggunakan bahan peledak nuklir untuk menggali kanal Laut Mati di gurun Negev".

Rute yang diusulkan mencakup Gurun Negev di Israel, menghubungkan Mediterania dengan Teluk Aqaba, membuka rute laut yang menghubungkan Laut Merah dan Samudra Hindia.

Departemen Energi AS menghargai rencana yang diajukan oleh para ahli di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore.

"Metode penyaluran tradisional terlalu mahal," kata memo itu.

"Menggunakan bahan peledak nuklir membawa manfaat yang lebih besar," imbuhnya.

"Terusan kedua memberikan keuntungan strategis daripada bergantung pada Terusan Suez, membantu memperluas pembangunan ekonomi," tambah memorandum tersebut.

Baca Juga: 6 Hari Blokir Kanal Paling Sibuk di Dunia, Terbongkar Kerugian dari Tersangkutnya Kapal Ever Green di Terusan Suez, 'Rp14.589 Triliun dan Bisa Lebih!'

Para ahli memperkirakan bahwa dibutuhkan bom nuklir yang mampu menghancurkan 2 megaton untuk setiap 1,6 km saluran air yang dibuka.

Sehingga dibutuhkan total 520 bom nuklir dengan kapasitas 1,04 gigaton.

Menurut konten yang tidak diklasifikasikan, daerah gurun Negav sepi, tidak berpenghuni.

Jadi menggunakan bom nuklir untuk membuat jalur air sepenuhnya dapat diterima.

Namun disimpulkan bahwa proyek tersebut tidak layak bukan karena faktor teknis, melainkan karena masalah geopolitik.

Jalur air alternatif yang melewati Israel pasti akan menghadapi reaksi dari negara-negara Arab.

Memo tahun 1963 muncul setelah Krisis Suez yang telah berlalu kurang dari satu dekade.

Pada tahun 1956, Israel yang didukung oleh Perancis dan Inggris membentuk aliansi militer untuk menyerang Mesir dan menguasai Terusan Suez setelah Mesir menyatakan nasionalisasi terusan tersebut.

Baca Juga: Sebabkan Masalah Besar di Seluruh Dunia Karena Terjebak di Terusan Suez, Terungkap Kapal MV Ever Given Ternyata juga Pernah Membuat Bencana pada Tahun 2019

Krisis berakhir ketika AS mengambil sikap yang jelas di pihak Mesir dan Uni Soviet, melawan Inggris, Prancis, dan Israel.

Pada akhirnya, Israel, Prancis, dan Inggris terpaksa menarik pasukannya dan mengembalikan Terusan Suez ke Mesir.

Peristiwa ini dikenang sebagai intervensi militer terakhir Inggris sebagai kekuatan dunia.

Artikel Terkait