Intisari-online.com - Belakangan gagalnya atlet Indonesia tampil dalam gelaran All England membuat banyak orang Indonesia kecewa.
Penyebabnya adalah pelik sederhana terindikasi Covid-19 setelah satu pesawat dengan orang yang belum diketahui asal-usulnya.
Hal itu membuat satu kontingen digugurkan, sementara itu banyak negara lain yang ajaibnya boleh ikut melanjutkan pertandingan setelah terindikasi Covid-19.
Misalnya Denmark, Thailand dan India yang berada di bawah kewenangan BWF, maupun panitia All England.
Hasil swab mereka positif saat dites di hotel, namun hasil tes skuat Denmark bisa berubah negatiF dalam hitungan hari.
Pengecualian atas Indonesia ini seolah membuka luka lama saat-saat di mana Inggris pernah memiliki rasa sentimen atas Indonesia.
Rakyat Indonesia pasti ingat betul dengan penjajahan Inggris, dan beberapa bantuan Inggris pada sekutunya Malaysia yang menggaungkan semangat Anti-Indonesia.
Bahkan pada saat Perang Dunia II, Bung Karno pernah lantang mengatakan, Inggris kita Linggis, Amerika kita Setrika.
Ketika konfrontasi dengan Malaysia di mana Sarawak dan Sabah dicaplok Inggris Bung Karno kembali menyuarakan hal itu.
Tahun 1963, konfrontasi Indonesia Malaysia terkenal juga membawa Inggris ke dalamnya.
Sebagai sekutu Inggris bahkan terungkap hendak menghancurkan Indonesia dengan segala cara termasuk melakukan pengeboman di Jakarta.
Malaysia yang dalam konflik itu langsung didukung secara penuh oleh militer Inggris sebenarnya punya kekuatan militer yang sulit diimbangi Indonesia.
Inggris sendiri menyatakan tidak main-main untuk membela Malaysia.
Lebih dari itu, Inggris juga mengancam akan membom langsung Jakarta menggunakan pesawat pembom nuklir jarak jauh, Avro Vulcan.
Untuk membom Jakarta, Inggris saat itu memang tidak akan menggunakan bom nuklir, tapi bom konvensional mengingat Vulcan bisa membawa bom dengan berat total hingga 45.000 kg.
Sebagai pesawat pembom jarak jauh dan bisa menempuh jarak lebih 4000 km, Vulcan yang saat itu sudah berpangkalan di Darwin, Australia, bisa dengan mudah ‘membantai’ Jakarta.
Tapi Presiden Soekarno ternyata tidak takut atas ancaman pembom Vulcan Inggris.
Karena Jakarta saat itu sudah memiliki sistem pertahanan udara yang kuat berupa pangkalan-pangkalan rudal jarak jauh SA-2 Guideline yang dibeli dari Rusia.
Apalagi pihak AS dan Inggris merupakan negara yang paling takut terhadap rudal SA-2 karena pada tahun 1960-an
Satu unit pesawat mata-mata AS, U-2, pernah ditembak jatuh Rusia menggunakan rudal SA-2, ketika sedang terbang di atas Moskow dan pilotnya berhasil ditangkap.
Rudal SA-2 yang merupakan andalan Rusia di tahun 1960-an dikenal bisa dengan mudah menghantam sasaran pada jarak 20.000 km.
Sementara pembom Vulcan hanya bisa terbang pada ketinggian maksimal 17.000 km.
Berkat rudal-rudal SA-2 yang sudah digelar secara merata di sekitar Jakarta seperti di Tangerang, Cilincing, Cilodong, dan Pondok Gede.