Intisari-Online.com -Padahal pemerintahannya belum genap dua bulan, tapiPresiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendapat kritik.
Ini karena Presiden berusia 78 tahun itujarang muncul di depan publik.
Melihat hal itu, nampaknya kini Biden kembali beraksi.
Dilansir darisputniknews.com pada Senin (15/3/2021), pemerintahan Biden melanjutkan kebijakan pendahulunya di Suriah.
Apa yang pasukan AS lakukan di Suriah?
Dilaporkan merekamengirim konvoi yang diisi dengan peralatan dan pasokan militer ke Suriah, dan menyelundupkan minyak ke luar.
Tapipejabat Pentagon menyangkal bahwa pasukan militer AS terlibat dalam kegiatan penyedotan minyak.
Konvoi 45 truk yang membawa kendaraan militer, peralatan, dan pasokan yang diapit oleh kapal tanker bahan bakar telah dikirim ke Suriah timur laut oleh koalisi militer pimpinan AS.
Hal itu dilaporkan oleh Kantor Berita Arab Suriah (SANA), mengutip sumber-sumber lokal di desa al-Khazna.
Konvoi tersebut dikatakan telah memasuki negara itu melalui titik penyeberangan perbatasan al-Walid dengan Irak, yang tidak dapat dikontrol oleh pemerintah Suriah.
Dan oleh karena itulah konvoi itu dianggap ilegal.
SANA mengatakan koalisi AS terus memperkuat kehadiran ilegalnya di timur laut Suriah.
Mereka membangun banyak pangkalan untuk melindungi dan melatih pasukan sekutu dan organisasi teroris yang beroperasi di bawah komando mereka.
Bahkan mereka jugamenjaga ladang minyak yang mengekstraksi sumber daya dan mengirimkannya ke luar negeri.
Pentagon membenarkan pengerahan pasukan AS di Suriah dengan mengatakan bahwa mereka ada di sana untuk memastikan kelompok teroris seperti ISIS sudah musnah.
Tapi pihak Suriah mengatakan sebaliknya.
Bukannya membantu warga Suriah,Damaskus mengatakankehadiran pasukanAS adalah ilegal dan menuduhAS berusaha menjarah minyaknya.
Pada era pemerintahan sebelumnya, Presiden Donald Trump,secara terbuka dan berulang kali mengakui bahwa satu-satunya kegiatan yang AS lakukan di Suriah adalah untuk mengambil minyak.
Tapi ketika Trump lengser, pemerintahan Bidenmenarik mundursekitar 800 tentara AS yang ditempatkan di Suriah.
Biden juga memerintahkan agar pihak yang tidak berwenang untuk tidak terlibat dalam eksploitasi ladang minyak negara itu.
Tapi intelijen militer Rusia mengatakan itu semua hanyalah trik AS dan sekutunya.
Sebab,AS dan sekutunya telah menjarah setidaknya 30 juta US Dollar minyak dari sisa-sisa infrastruktur minyak lokal setiap bulan.
Ini dilakukan untuk mencegahnya dari pihak asing yang bisa menyebabkan konflik sipil.
Sebab sejak awal kehadiran pasukan AS di Suriah tidak didukung oleh mandat Dewan Keamanan PBB.
Dan Washington tidak memiliki 'undangan' dari pemerintah negara itu untuk beroperasi di negara Timur Tengah.