Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) dilaporkansedang membangun rudal nuklir baru senilai 100 miliar US Dollar.
Laporan itu berdasarkan serangkaian asumsi dari sebuah laporan baru oleh Federasi Ilmuwan Amerika (FAS).
Dilansir dari theguardian.com pada Jumat (12/3/2021), FAS melaporkan laporan itu akan diterbitkan pada minggu depan dan akan membahas banyak hal.
Salah satunya mengenai penangkal strategis berbasis darat (GBSD) hingga rudal balistik antarbenua baru (ICBM).
Menurut FAS,label harga dari Angkatan Udara AS untuk GBSD baru sengaja dibingkai sedemikian rupa.
Ini agarterlihat sedikit lebih murah daripada biayaperawatan rudal yang akan digantikannya.
Padahal faktanya,harga senjata yang benar-benar baru dapat menelan biaya dua hingga tiga kali lipat.
Perkiraan saat ini adalah bahwa biaya akuisisi dasar GBSD akan menjadi 100 miliar US Dollar.
Sedangkan total biaya pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan yangditargetkanhingga 2075 diproyeksikan sebesar 264 miliar US Dollar.
Laporan tersebut diterbitkan saat pemerintahan Joe Biden sedang mempersiapkan anggaran pertahanan pertamanya.
Dan dia sudah mengungkapkan niatnya terhadap GBSD. Akan tetapisemuanya masih dalam tahap awal.
Walau begitu, semuanya ada di tangan Presiden AS.
Di mana seorang presiden AS akan memiliki waktu kurang dari setengah jam untuk memutuskan apakah akan menggunakan rudal jika terjadi serangan mendadak.
Misalnya dari Rusia, satu-satunya negarayang mempunyai persenjataan cukup besar untuk melakukan serangan semacam itu.
Atau berisiko kehilangan semuanya saat rudal musuh datang menghancurkan AS.
Keputusan seperti itu harus dibuat berdasarkan sistem peringatan dini, yang berpotensi rusak atau diretas.
“Memutuskan untuk meluncurkan ICBM AS di bawah kondisi ini akan menjadi keputusan paling berdampak dalam sejarah manusia,” kata laporan itu.
"Tidak peduli seberapa kompetennya presiden, tidak dapat dipungkiri bahwa satu individu akan dapat membuat keputusan rasional dalam keadaan luar biasa ini."
"Terutama mengingat irasionalitas sistem itu sendiri dan kemungkinan alarm palsu."
Paraahli ICBM, yang termasuk mantan menteri pertahanan dan komandan militer, mengatakan AS harus mengandalkan pembom nuklir dan rudal yang diluncurkan kapal selam bertenaga nuklir.
Kapal selam bertenega nuklir AS dapat digunakan dalam serangan balasan jika terjadi ada serangan nuklir yangterkonfirmasi.
Sementara pendukung GBSD menentang hal itu. Mereka tidak mau menggunakan senjata militer di laut.
Ini karena belum ada kejelasan bisakah Angkatan Laut AS bertahan di laut dalam perang menggunakan kapal.
Tapi laporan FAS membantahnya.
Menurut mereka, kekuatan kapal selam AS untuk bertahan cukup tinggi. Apalagi mereka membawa 55% dari total persenjataan nuklir.
"Dan itu akan bertahan dalam beberapa dekade ke depan."
Hanya saja sebagai perbandingan. FAS memiliki data musuh-musuh AS. Termasuk China.
FAS saat ini memperkirakan persenjataan China ada sebanyak 320 hulu ledak.
Berbanding jauh dengan 3.800 hulu ledak milik AS. Belum lagi cadangan-cadangannya.
Jadi, untuk saat ini, China bukanlah saingan AS.