Intisari-online.com -Pemerintah Amerika Serikat baru saja menuduh junta militer Myanmar menggarong dana keuangan negara yang disimpan di bank federal AS.
Sementara itu, junta militer Myanmar malah menuduh Aung San Suu Kyi, pemimpin sipil Myanmar, menerima suap sebesar 600 ribu Dollar AS (Rp 8,6 miliar).
Juru bicara junta, Birgadir Jenderal Zaw Min Tun dalam jumpa pers berujar, Suu Kyi juga didakwa menerima emas selama menjabat.
Brigjen Zaw menerangkan, mereka sudah memverifikasi informasi itu dan menginterogasi beberapa orang.
Dilansir AFP maupun Reuters via Channel News Asia Kamis (11/3/2021), Suu Kyi dituding menerima 11 kilogram emas.
"Kami baru saja mendapati Daw Aung San Suu Kyi menerima suap 600.000 dollar AS dan tujuh viesses emas. Komisi anti- korupsi tengah menyelidikinya," ujar dia.
Brigjen Zaw melanjutkan, junta militer menuding Presiden Win Myint dan beberapa anggota kabinet melakukan korupsi.
Bahkan dalam klaim junta, Presiden Win menekan komisi pemilihan agar tidak memproses laporan kecurangan dalam pemilu 2020.
Tuduhan ini terjadi di tengah bentrokan yang kembali terjadi antara aparat dan demonstran, dengan tujuh orang tewas.
Enam orang di antaranya terbunuh di kota Myaing ketika aparat mulai menembaki para demonstran.
Kabar kematian enam pengunjuk rasa itu diungkap salah satu peserta aksi yang ikut membawa jenazah korban ke rumah sakit.
"Padahal kami berunjuk rasa secara damai. Kami tak percaya penegak hukum seperti itu," ujar pria 31 tahun tersebut.
Media Myanmar memberitakan, satu orang lainnya tewas di Distrik Dagon Utara, yang berlokasi di Yangon.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik sebelumnya menyatakan, lebih dari 60 orang tewas dan 2.000 lainnya ditangkap sejak massa menentang kudeta 1 Februari.
Pegiat HAM seperti Amnesty International menegaskan, aparat Myanmar memang sudah berniat untuk melukai massa.
Memeriksa sekitar 50 video, Amnesty menerangkan bahwa pasukan keamanan dibekali dengan senjata level tempur demi membubarkan demonstran.
Direktur Respons Krisis di Amnesty Joanne Mariner berujar, taktik yang digunakan Tatmadaw, nama militer Myanmar, sama sekali tidak baru.
"Namun aksi pembunuhan yang mereka lakukan sebelumnya belum pernah direkam seperti ini, dan disiarkan ke seluruh dunia," jelasnya.
Mariner menjelaskan, apa yang dilakukan oleh para komandan lapangan Tatmadaw jelas dikategorikan kejahatan kemanusiaan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini