Intisari-Online.com - NSO Group Israel dengan spyware Pegasus miliknya sedang dalam penyelidikan baru oleh AS.
NSO Group Technologies adalah perusahaan teknologi Israel yang spyware-nya disebut Pegasus memungkinkan pengawasan jarak jauh telepon pintar.
Baru-baru ini, Spyware Pegasus invasifnya diduga telah digunakan untuk menargetkan para pembela hak asasi manusia dan jurnalis di seluruh dunia.
Melansir Middle East Monitor, Kamis (4/3/2021), perhatian Amerika atas penggunaan spyware meningkat dua bulan lalu ketika perusahaan Israel itu diberi label "kuat dan berbahaya" dalam pengajuan hukum bersama.
Perusahaan tersebut kemudian dipanggil agar bertanggung jawab atas undang-undang anti-peretasan AS.
Karena adanya kekhawatiran atas NSO Group, FBI pun meluncurkan penyelidikan pada awal 2020 hanya untuk menghentikannya.
Namun Departemen Kehakiman AS (DoJ) dikatakan menunjukkan minat baru dalam kasus tersebut.
Pengacara DoJ baru-baru ini mendekati aplikasi perpesanan WhatsApp dengan pertanyaan teknis tentang dugaan penargetan 1.400 penggunanya oleh klien pemerintah NSO Group pada tahun 2019, lapor Guardian mengutip seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Tidak jelas, bagaimanapun, target peretasan mana yang sedang diperiksa oleh penyelidik DoJ atau fase apa penyelidikan itu.
The Jerusalem Post mengatakan bahwa upaya baru dapat menjadi bagian dari agenda pemerintahan Biden untuk meningkatkan penekanannya pada hak asasi manusia dan tindakan keras terhadap warga Arab Saudi.
Ketertarikan baru muncul setelah Presiden Microsoft Brad Smith mengecam perusahaan teknologi seperti NSO, menyebut mereka "tentara bayaran abad ke-21".
Dalam sebuah memo, dia mendesak pemerintah Biden untuk turun tangan.
"NSO mewakili pertemuan yang meningkat antara teknologi sektor swasta yang canggih dan penyerang negara-bangsa," tulis Smith pada bulan Desember.
NSO Group yang berbasis di Israel telah mendapatkan ketenaran untuk alat yang disebut Pegasus.
Kelompok, hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa Pegasus sedang digunakan untuk menargetkan aktivis hak-hak, wartawan dan pejabat pemerintah di lokasi yang beragam seperti Meksiko, Maroko dan India.
Bulan lalu, sebuah film dokumenter Al Jazeera mengungkapkan bahwa perusahaan Israel itu diam-diam menjual spyware-nya ke Bangladesh melalui sebuah geng kriminal.
Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman adalah salah satu dari sejumlah penguasa otoriter yang dikatakan telah menggunakan spyware Pegasus untuk mengejar lawan dan kritikus politik.