Intisari-online.com - Persaingan di Laut China Selatan tampaknya semakin memanas saja.
Bagaimana tidak beberapa kekuatan besar dipastikan akan merapat ke wilayah maritim yang disengketakan China ini.
Menariknya lagi, sebagian besar kekuatan militer yang merapat ke Laut China Selatan adalah musuh-musuh China.
Hal ini membuat negeri panda itu merasa kepanasan karena mereka semakin ditekan Barat.
Menurut 24h.com.vn, pada Kamis (4/3/21), salah satu negara yang mengumumkan akan nimbrung di Laut China Selatan adalah Jerman.
Jerman mengatakan mereka akan merapat ke Laut China Selatan sebagai upaya bersama AS untuk memberikan tekanan ke China.
Hal ini tentu membuat China langsung mengambil tindakan terkait situasi negaranya yang semakin dipepet kekuatan Barat.
Menurut South China Morning Post, juru bicara Kementerian Luar Negeri Uong Van Ban angkat bicara menanggapi situasi ini.
Dia mengatakan, bahwa semua negara memiliki hak untuk kebebasan navigasi dan di Laut Cina Selatan. Tapi "tidak sehingga mengancam kedaulatan dan keamanan negara di kawasan".
China saat ini menghadapi tekanan besar dari AS dan sekutunya di Eropa atas masalah Laut China Selatan.
Pada bulan Februari, Prancis mengirim kapal selam nuklir dan kapal logistik untuk berpatroli di Laut Cina Selatan.
Menurut Reuters, kapal perang Jerman akan tiba di Asia pada Agustus.
Dengan melewati Laut China Selatan, tetapi tidak dalam jarak 12 mil laut, dari pulau-pulau yang diklaim China secara ilegal.
Ini akan menjadi pertama kalinya kapal perang Jerman melintasi Laut Cina Selatan sejak 2002.
Para ahli mengatakan bahwa ini adalah langkah penting bagi Jerman untuk memiliki kehadiran yang lebih dalam di Laut China Selatan.
Hal ini sesuai dengan strategi di kawasan Asia-Pasifik yang ditetapkan Berlin tahun lalu.
Sun Keqin, seorang ahli di lembaga penelitian di China, mengatakan langkah baru itu "sangat mengganggu".
Karena Jerman adalah negara dengan penggunaan kekuatan militer yang sangat terbatas.
Tetapi sekarang mereka juga ingin meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan NATO.
"China tidak ingin lebih banyak kekuatan militer Barat hadir di kawasan itu," kata Sun.
"Ini mencerminkan strategi AS untuk mendorong Jerman agar lebih menekan China," katanya.
Menurut para analis, klaim Jerman untuk menyeberangi Laut China Selatan hanya bersifat simbolis.
Tetapi juga mengirimkan pesan kepada China, bahwa Jerman siap bertindak lebih drastis.
Sebagai tanggapan atas klaim irasional China Negara di Laut China Selatan.
Berlin mulai mengubah strateginya, menunjukkan pentingnya kawasan Asia-Pasifik dalam keamanan dan stabilitas global, menurut tatanan internasional.